Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Wisata yang Terkendala Masalah Teritorial

Kompas.com - 18/12/2009, 15:17 WIB

CILACAP, KOMPAS.com - Prosesi Sedekah Laut di Pantai Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap, pada Jumat (18/12), berlangsung sangat meriah seperti beberapa tahun sebelumnya. Namun, kemeriahan itu masih belum dapat menarik wisatawan asing datang menyaksikan ritual hajat lebih dari 3.000 nelayan di Cilacap yang diselenggarakan setahun sekali setiap satu sura sesuai penanggalan Jawa.

Wakil Bupati Cilacap Tato Suwarto Pamudji mengakui hal tersebut. Menurutnya, hal itu dikarenakan wilayah pantai Cilacap masih berada di bawah kekuasaan TNI Angkatan Darat sehingga tidak dapat dikelola secara optimal sebagai objek wisata.

"Kami memahami kendala ini. Karena itu kami sudah berupaya mengonsultasikan masalah ini kepada Gubernur," katanya.

Dalam konsultasi itu, Tato mengatakan, Gubernur Jawa Tengah telah berjanji akan berupaya mengoptimalkan seluruh kawasan pantai di Jawa Tengah yang berada di bawah teritorial TNI AD, agar dapat dikelola untuk kepentingan wisata. Kawasan pantai itu terutama kawasan yang selama ini sudah menjadi tujuan wisata.

"Sekarang tinggal menunggu realisasi dari janji Gubernur. Kami pun menunggu," katanya.

Tak kurang dari 5.000 pengunjung tumpah ruah di Pantai Teluk Penyu menyambut prosesi sedekah laut yang mengusung sembilan jolen atau sesaji berisi kepala kerbau yang akan dilarung di pantai selatan Jawa, dekat Pulau Nusakambangan. Para pengunjung itu berdatangan dari wilayah sekitar Cilacap hingga Ciamis, Jawa Barat.

Beberapa pengunjung mengaku tak hanya tertarik dengan acara prosesi yang diadakan cukup meriah itu, tetapi juga ingin ikut mengalap berkah. Bahkan ada diantara mereka yang ikut melarung ke tengah laut dengan menumpangi perahu, meskipun mereka bukan nelayan.

Sulastri (25), pengunjung dari Ciamis ini mengaku, sudah dua tahun terakhir ini selalu mengikuti ritual sedekah laut untuk ikut mengalap berkah. Berkah itu dapat diperoleh dengan cara membasahi tubuh dengan air laut yang sudah dicemplungi jolen.

"Air lautnya lumayan memberi berkah untuk kehidupan," katanya.

Sebagai ritual yang masih cukup kental dengan kepercayaan setempat, sedekah laut di Cilacap ini juga kurang menghiraukan ritual tersebut sebagai bagian pertunjukkan wisata. Ritual ini berlangsung singkat, kurang dari tiga jam sejak prosesi diberangkatkan dari Pemerintah Kabupaten Cilacap hingga di Pantai Teluk Penyu. Seluruh peserta sedekah laut bahkan berlari saat sampai di pantai untuk mengusung jolen dan menempatkannya ke dalam perahu.

Menurut beberapa nelayan, ritual sedekah laut harus sudah selesai sebelum tengah hari. Oleh karena itu ritual tersebut biasanya hanya berlangsung dari pukul 08.00 sampai 11.00. "Kepercayaannya memang sudah seperti itu, prosesi harus sudah selesai sebelum tengah hari," kata Kasno (30).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com