Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gusde Sukses dengan Menjaga "Taksu Santrian"

Kompas.com - 08/02/2010, 10:02 WIB

Selepas pulang dari AS, Gusde baru benar-benar terjun ke Grup Santrian. Posisi awalnya adalah asisten manajer di Puri Santrian hingga tiga tahun sebelum dipercaya menjadi general manager hotel itu. Saat itulah dia perlahan tapi pasti membenahi manajerial dan pemasaran hotel-hotelnya.

”Ilmu perhotelan, manajerial, juga pemasaran terus berkembang. Santrian dimulai dengan apa adanya, katakanlah merekrut karyawan tanpa seleksi ketat. Lebih dari 80 persen karyawan kami adalah warga Sanur dan sekitarnya. Itu kami pertahankan dengan cara menambah kecakapan mereka sesuai standar yang diterapkan. Pangsa pasar kami perluas dengan menjaga hubungan bersama penyedia jasa pariwisata maupun secara online,” kata Gusde.

Santrian termasuk dalam jaringan hotel yang sangat memerhatikan kualitas infrastruktur, termasuk lingkungan hidup. Masuk ke kompleks Griya maupun Puri Santrian, para tamu merasa kerasan dengan aneka tumbuhan, kebanyakan asli Bali, di taman-tamannya.

Kualitas Pantai Sanur yang pasirnya putih, tetapi sangat rawan abrasi seperti kawasan lain di Bali pun menjadi perhatian utama Gusde bersama pemangku kepentingan lain di kawasan itu. Lewat Yayasan Pembangunan Sanur, dengan Gusde duduk sebagai ketua, upaya menjaga lingkungan sekitar itu menjadi salah satu isu utama. Pergelaran festival pariwisata Sanur Village Festival setiap tahun juga diharapkan ikut menjaga kepariwisataan Sanur secara khusus dan Bali secara umum.

Belakangan, The Royal Santrian yang dibangun di Tanjung Benoa, 4 kilometer timur kawasan elite pariwisata Nusa Dua, Badung, menjadi semacam penegas perjalanan bisnis Gusde dan keluarganya lebih lebar lagi, termasuk secara geografis dari seputaran Sanur.

Vila di pinggir pantai yang baru dibuka mulai Agustus tahun lalu itu ditargetkan bagi pelancong kelas jetset dengan harga sewa kamar 750-1.000 dollar AS (Rp 6,5 juta-Rp 9,5 juta) per malam.

Gusde mengakui, perjuangan untuk bertahan, kemudian menyejajarkan kualitas dan disambung ”menjual” ciri khas pelayanan, tidak mudah. Di tengah jatuh bangun berproses, banyak tawaran, khususnya dari jaringan perhotelan internasional, yang ingin bekerja sama, bahkan membeli jaringan hotelnya.

Dia hanya ingat pesan sang ayah yang kini memilih jadi pendeta Hindu, yakni tetap bertahan dengan kaki sendiri demi pemberdayaan karyawan dan warga sekitar. Saat ini sedikitnya 1.000 karyawan bergantung pada sepak terjang Grup Santrian. Bersama Gusde dan tiga saudaranya, mereka terus menjaga taksu Santrian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com