Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghadapi CAFTA, Pelaku Usaha Dituntut Kreatif

Kompas.com - 18/02/2010, 08:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam menghadapi Perjanjian Perdagangan Bebas Kawasan ASEAN dan China, para pelaku usaha jangan hanya hanya mengandalkan pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan. Agar dapat bersaing, para pelaku usaha dituntut bekerja lebih efektif, efisien, dan kreatif dalam menangkap peluang bisnis.

Hal itu disampaikan Koordinator Pusat Riset dan Kasus PPM Manajemen Pepey Riawati Kurnia dalam seminar bertema "Solusi di Era ACFTA: Percaya pada Intuisi dan Gali Kreativitas", Rabu (17/2/2010) di Jakarta.

Sayangnya selama ini pendidikan di Indonesia cenderung hanya memerhatikan aspek berpikir secara rasional dan kurang memedulikan mengenai intuisi dan kreativitas peserta didik. Hal ini berdampak pada kurangnya stimulasi agar seseorang bisa berpikir kreatif dalam menangkap peluang saat terjun ke dunia usaha.

"Seharusnya kita tidak perlu takut kalah bersaing dalam era ACFTA. Bagaimanapun, orang Indonesia lebih tahu mengenai selera dan budaya masyarakat setempat. Tentunya keunggulan ini harus disertai intuisi yang bagus dalam memahami kebutuhan pasar produk dan jasa. Tentu intuisi saja tidak cukup, tetapi harus dikombinasi dengan aspek rasional dalam pengambilan keputusan," kata dia.

Selain itu, pelaku usaha dituntut agar pantang menyerah dan selalu belajar dari kegagalan dan tekun dalam berusaha. Dalam menghadapi CAFTA, kita dituntut berani menghadapi risiko. "Hal ini memerlukan kapabilitas baik kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap organisasi perusahaan sebaiknya membuka kesempatan seluas-luasnya bagi karyawannya untuk bisa kreatif," ujarnya.

Joe Kamdani, pendiri PT Datascript, menambahkan, persaingan mendorong kita untuk bekerja dengan lebih efektif dan efisien, mutu barang menjadi lebih baik dengan variasi lebih luas, harga menjadi lebih murah, dan bahan baku impor menjadi lebih murah yang memengaruhi harga produksi.

"Pemerintah akan sadar bahwa pemerintahan tanpa ekonomi yang kuat tidak efektif dan terus akan mengalami permasalahan. Karena itu, perlu kerja sama dan sinergi. Dalam persaingan, orang berusaha untuk bertahan hidup dan mendorongnya untuk bekerja lebih cepat, lebih tepat, dan lebih efisien," ujarnya.

Untuk bersaing di CAFTA, menurut Joe, pemerintah harus menciptakan kondisi dan situasi yang kondusif, antara lain infrastruktur memadai, energi yang tersedia, pemerintahan yang stabil, kepastian hukum, birokrasi efektif, dan korupsi berkurang. "Pemerintah juga harus memasarkan Indonesia dari berbagai segi, baik budaya, pariwisata, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan investasi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com