Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KA Parahyangan Ditutup, "So What?"

Kompas.com - 22/04/2010, 12:45 WIB

Oleh: Haryo Damardono

KOMPAS.com- Agus Aimansyah, pentolan Kereta Rel Listrik Mania, Kamis (22/4/2010), mengirimkan pesan singkat. "Saya minggu depan mau naik Parahyangan, last trip dengan kereta itu. Mau ikut?" tanya dia. Sungguh, sebuah ajakan yang sangat menggelitik. Sayangnya, saya masih di Eropa, terjebak kekacauan penerbangan di benua ini.

Beberapa hari mendatang, PT Kereta Api memang berencana menutup kereta rute Jakarta-Bandung itu. Beberapa pihak menyayangkannya, ada yang berpendapat bahwa penutupan KA Parahyangan menunjukkan ketidakberpihakan PT Kereta Api terhadap penumpang yang tak mampu membayar mahal. Ada yang menekankan, betapa Parahyangan telah melegenda sehingga tak layak ditutup.

Salah satu alasan terkuat penutupan layanan kereta itu adalah PT KA merugi di rute tersebut. KA Parahyangan yang tersohor selama beberapa dekade telah habis-habisan dilibas angkutan travel yang merajai Jalan Tol Jakarta-Cikampek-Bandung. KA Parahyangan pun kehilangan penumpangnya. Kereta itu hilir-mudik dengan sedikit penumpang, seolah kereta hantu.  

"Kenapa ada yang menolak penutupan Parahyangan? Ditutup saja kalau merugi!" kata pengamat kereta api, Taufik Hidayat, tanpa tedeng aling-aling. Taufik menegaskan pentingnya sisi komersial kereta api, yang mutlak harus dijaga untuk mempertahankan operasional kereta.

Bila rapor keuangan Parahyangan merah, bahkan merah membara, dikhawatirkan malah mengganggu rute-rute kereta lainnya. Alhasil, mempertahankan KA Parahyangan hanyalah memperkeruh kondisi perkeretaapian kita.

Pernyataan Taufik seolah-olah melawan arus. Namun, bila dipahami, dia mengungkapkan realitas yang harus dihadapi. Sebuah kereta (baca: layanan kereta di ruas tertentu) harus fleksibel dan mampu dievaluasi tiap saat. Terlebih, PT Kereta Api tak boleh merugi agar mampu melayani penumpang dengan maksimal. Level keuntungan perlu dijaga agar PT Kereta Api dapat berinvestasi membeli sarana baru.

Penutupan kereta Parahyangan, bila dicermati, mengajarkan beberapa hal; utamanya menyangkut ketidakberpihakan terhadap kereta api sebagai angkutan massal. Ketidakadilan pertama adalah kita membiarkan kereta yang membeli bahan bakar industri bertarung dengan angkutan darat dengan bahan bakar bersubsidi.

Bila ingin harga tiket kereta lebih murah lagi sehingga masyarakat beralih ke angkutan kereta, mengapa tidak menyubsidi solar bagi kereta? Atau sebaliknya, melepas harga bahan bakar kendaraan pribadi maupun angkutan darat ke harga pasar?

"Matinya kereta Parahyangan menunjukkan pemerintah omong kosong dalam kebijakan angkutan yang ramah lingkungan. Harusnya, keberpihakan itu ditunjukkan dengan menyubsidi BBM kereta," ujar ahli transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com