Kualitas nomor satu
Yenny memang gemar memasak, termasuk mengolah daging impor yang kebanyakan dibuat steak. Pengalaman menikmati daging berkualitas, ingin dibaginya kepada orang lain. Karenanya, bagi Yenny, bisnis rumahan ini tak sekadar mencari untung. Namun juga memastikan kualitas terjaga.
Dalam kelas workshop bersama komunitas memasak Mom Can Cook beberapa waktu lalu, Yenny diminta berbagi ilmu seputar daging impor. Dengan lugas dijelaskannya seluk-beluk daging Slaneys. Mulai soal pemotongan di peternakan besar di Australia, hingga distribusi dan penyimpanan yang baik untuk menjaga kualitas daging.
Lamanya waktu penyimpanan daging dalam chiller, bisa mempengaruhi rasa. Semakin lama disimpan daging akan semakin empuk, meski kondisinya beku.
"Banyak anggapan yang mengatakan daging beku itu tidak baik. Ini berasal dari kebiasaan para orangtua yang biasa membeli daging segar di pasar," kata Yenny.
Padahal, menurutnya daging segar di pasar (yang langsung dimasak) memiliki kualitas yang sama dengan daging yang disimpan dalam chiller, lemari es atau freezer.
Pemahaman seperti ini juga diberikan Yenny kepada pelanggannya atau konsumen baru. Alasannya, bagi Yenny, pelanggan harus paham cara memperlakukan daging premium dengan baik, untuk mendapatkan rasa terbaik.
Bisnis yang dibangun dengan sentuhan personal ini pada akhirnya memberikan kontribusi cukup tinggi. Omzet penjualan berada dalam kisaran Rp 80 - 100 juta per bulan. Cukup menggiurkan dengan operasional yang simpel, seperti biaya listrik sejumlah lemari pendingin, biaya kurir, serta tenaga profesional untuk mengelola laporan keuangan.
"Sejauh ini saya masih 100 persen meng-handle bisnis dari rumah," aku Yenny, yang merasa tak kerepotan membagi waktunya untuk menjalani bisnis lain di bidang garmen, dan mengurus keluarga tentunya.
Informasi produk dan harga daging impor Slaney's Beef:
www.slaneysbeef.com
SMS: 0811 9882182
email: sales@slaneysbeef.com