UKM 'Go International', tapi Khawatir...

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan hasil survei yang dilakukan HSBC kepada 300-an responden dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM), 32 persen UKM di Indonesia berencana melakukan perdagangan internasional dalam dua tahun ke depan. Namun, ternyata mereka mengkhawatirkan sejumlah hal. Apa saja?

Senior Vice President Business Banking HSBC Indonesia Winarti W mengatakan, UKM di Indonesia paling mengkhawatirkan regulasi lokal dan kompleksitas hukum negara yang dituju serta kompleksitas pasar internasional untuk memulai melakukan perdagangan internasional. "Mereka enggak pede dengan kondisi luar negeri untuk melakukan perdagangan," tuturnya.

UKM domestik yang belum pernah melakukan perdagangan internasional berpandangan bahwa regulasi lokal dan kompleksitas hukum negara yang dituju serta kemampuan finansial mereka merupakan kekhawatiran utama. Namun, ternyata kekhawatiran UKM domestik ini juga dikhawatirkan oleh UKM yang sudah pernah melakukan perdagangan internasional.

Menurut survei HSBC, UKM yang sudah pernah melakukan perdagangan internasional juga mengkhawatirkan regulasi lokal dan kompleksitas hukum untuk melakukan perdagangan internasional. Namun, UKM-UKM ini jauh lebih mengkhawatirkan kompleksitas pasar internasional, seperti perpajakan dan kontrol terhadap nilai tukar mata uang asing.

Oleh karena itu, Winarti menilai perbankan memiliki peran signifikan dalam melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para UKM. HSBC sendiri sudah melakukan pendampingan kepada UKM-nya yang melakukan perdagangan internasional. Dari sekitar 6.000 UKM yang menjadi nasabah HSBC, hampir 70 persen sudah melakukan perdagangan internasional.