”Timnya terdiri atas wartawan Forbes Indonesia dan Forbes Asia serta lembaga konsultan,” kata Millie. Millie mengakui, sebagian besar data didapat dari otoritas pasar modal Indonesia.
”Memang, sebagian besar pemilik perusahaan yang kekayaannya terpantau adalah perusahaan terbuka yang mendapat modal di pasar uang. Jadi,
Mille mengakui, relatif sulit mencari data kekayaan para pengusaha di Indonesia. ”Data perusahaan terbuka di Indonesia, misalnya, jauh lebih sulit dicari dibandingkan dengan perusahaan sejenis di Amerika. Padahal, saham itu kan dimiliki publik sehingga mestinya mudah didapat,” kata dia.
Dan, tidak seperti miliarder Forbes di belahan dunia lain, yang fokus kepada kekayaan per individu, daftar kekayaan dari orang terkaya di Indonesia sebenarnya merefleksikan kekayaan dari keluar besar.
Dari 10 besar orang terkaya di Indonesia, ada satu figur baru, yakni Sri Prakash Lohia (58 tahun). Kini Sri Prakash merupakan pemilik perusahaan poliester terbesar di Indonesia. Istri beliau adalah saudara kandung dari Lakshmi Mittal, salah satu orang terkaya di dunia.
Berkenaan dengan tidak banyak pengusaha sektor manufaktur yang masuk dalam daftar 40 orang terkaya versi majalah Forbes Indonesia ini, staf khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno mengatakan, hal itu memungkinkan karena pengusaha manufaktur harus bersaing dengan sesama pengusaha manufaktur lainnya.
Sementara itu, orang kaya yang datang dari sektor pertambangan, termasuk batu bara,
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, sudah saatnya cukai rokok dinaikkan karena di antara 10 besar orang terkaya itu adalah pengusaha rokok. ”Juga sudah saatuya upah buruh rokok dinaikkan,” ujar Kalla.
Dari daftar itu terlihat R Budi dan Michael Hartono (Djarum) yang berada di urutan pertama, Susilo Wonowidjojo (Gudang Garam) di urutan kedua, Peter Sondakh (Bentoel, Grup Rajawali) di urutan kedelapan, serta Putra Sampoerna (Sampoerna) di urutan kesembilan.