Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Klaim Tarif Listrik RI Termurah

Kompas.com - 20/01/2011, 16:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengklaim tarif listrik PLN paling murah di kawasan Asia Tenggara. Bahkan tarif PLN juga lebih murah ketimbang listrik swasta. "Tarif PLN termasuk yang paling murah. Bahkan sekarang lebih murah dari Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina," ujar Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN Murtaqi Syamsudin lewat pesan singkatnya, Kamis (20/1/2011).

Merujuk data PLN, harga listrik PLN saat ini adalah 8,24 sen dollar AS per kWh atau sekitar Rp 735 per kWh. Adapun harga listrik di Malaysia 10,73 sen dollar AS per kWh. Harga listrik di Filipina dan Vietnam juga lebih mahal, masing-masing 15,39 sen dollar AS per kWh dan 9,69 sen dollar AS per kWh.

"Bahkan di dalam negeri tarif PLN masih lebih murah dari Cikarang Listrindo. Cikarang yang menyuplai banyak industri itu menjual listrik dengan harga 9,59 sen dollar AS per kWh," Murtaqi menambahkan.

Ekonom senior INDEF, Fadhil Hasan, mengatakan, jika merujuk pada data PLN, tarif listrik Indonesia cukup kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Dari sektor industri, industri di Indonesia lebih menikmati tarif yang paling murah. Dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) ini, diperkirakan tarif listrik untuk industri di Indonesia masih setara dengan Malaysia.

Menurut Fadhil, kenaikan TDL yang dilakukan pemerintah memiliki dasar yang kuat. Pertama, kenaikan tidak diberlakukan bagi pelanggan rumah tangga di bawah 900 watt. Artinya, tarif listrik yang naik adalah untuk rumah tangga yang tergolong mampu.

Kedua, tarif listrik tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga. Karena itu, kenaikan ini secara teoretis tidak terlalu mengganggu daya saing produk nasional. "Namun, pemerintah juga harus tetap memperbesar akses listrik dan efisiensi PLN. Dana pengurangan subsidi harus dipakai untuk menambah pasokan listrik," kata Fadhil.

Dia menambahkan, saat ini PLN baru mengalirkan listrik ke 33 juta rumah tangga atau setara dengan rasio elektrifikasi 55 persen. Posisi Indonesia tidak jauh lebih besar dari Laos dan Kamboja yang rasio elektrifikasinya 40 persen. "Singapura, rasio elektrifikasinya sudah 100 persen, Malaysia dan Brunei Darussalam sudah 80 persen, dan Filipina mencapai 60 persen," lanjutnya.

"Tiap tahun PLN harus menyambung setidaknya 3 juta hingga 3,5 juta pelanggan baru," papar Fadhil. Untuk bisa mencapai itu, PLN membutuhkan pembangkit 3.500 megawatt per tahun dan jaringan transmisi sepanjang 3.000 kilometer dengan 8.000 MVA.

Saat ini pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 7 persen per tahun, dedangkan peningkatan pasokan listrik hanya kurang dari 4 persen. Cadangan listrik pun jauh dari memadai. Kebutuhan cadangan yang semestinya 30 persen baru tersedia sekitar 20 persen.

"PLN tak sanggup memenuhi ini sendiri. Yang harus segera diupayakan adalah merangsang sektor swasta untuk ikut membiayai pembangunan pembangkit listrik. Sebab, pemerintah dan PLN tak mungkin menanggung seluruh beban investasi," kata Fadhil. (Fitri Nur Arifenie/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com