Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuala Tungkal, Kehidupan di Atas Air

Kompas.com - 12/02/2011, 04:02 WIB

Wajah Kuala Tungkal mulai berubah seiring dengan daerah yang semula masuk dalam Kabupaten Batanghari ini dimekarkan menjadi Kabupaten Tanjung Jabung pada 1965. Tanjung Jabung lalu dimekarkan pada 2005 menjadi Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Kuala Tungkal menjadi ibu kota Tanjung Jabung Barat.

Sejak puluhan tahun lalu, jutaan meter kubik kayu ditimbun untuk menyangga kota seluas 87.000 hektar ini agar warga dapat membangun rumah dan jalan. Penimbunan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah, tetapi juga masyarakat setempat.

Pada 1985, jalan darat dibangun untuk menghubungkan Kuala Tungkal dengan daratan di Pematang Lumut. Pembangunan jalan sepanjang 50 kilometer ini sekaligus membuka akses darat ke Kota Jambi.

Syamsir Musa, yang hampir 20 tahun ikut membangun daratan di Kuala Tungkal, bercerita, untuk menciptakan daratan baru harus menimbun puluhan ribu kubik kayu di bawah tanah dengan posisi saling terjalin.

Caranya, permukaan digali di kedalaman 2-3 meter, lalu kayu dan papan kayu dirakit berjejer di dalamnya. Kayu-kayu dijalin agar saling mengikat. Hal itu bertujuan agar kayu mampu menahan besarnya tekanan dari permukaan. ”Pemasangan kayu dilakukan sepanjang 50 kilometer. Setelah itu barulah tanah ditimbun, lalu dilapisi aspal,” ujar Syamsir.

Kuala Tungkal berubah drastis pasca-pembangunan jalan Kuala Tungkal-Pematang Lumut. Pembangunan daratan kian masif. Banyak jalan dibuka. Begitu pula perkantoran, pertokoan, dan rumah. Semuanya dibangun dengan menimbun balok kayu.

Rumah tingkat

Pembangunan gedung didahului dengan menanam ratusan kayu trucuk setinggi 5 meter. Di atasnya, fondasi baru dapat dipasang. Warga meyakini, pemasangan kayu-kayu trucuk di dalam tanah dapat menyangga fondasi dan rumah dengan baik. ”Jika dilakukan penyanggaan yang benar, rumah tak akan miring atau roboh,” ujarnya.

Seluruh pembangunan membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal. Walaupun biaya pembangunan sangat besar, kota ini berkembang pesat. Sejak dibukanya jalan darat, Kuala Tungkal sempat tumbuh menjadi pusat transit tenaga kerja dari Pulau Jawa ke luar negeri. Ratusan penumpang setiap hari menggunakan feri dari Pelabuhan Marina di Kuala Tungkal menuju Batam. Mereka meneruskan perjalanan dengan kapal ke Singapura atau Johor Bahru, Malaysia.

Kuala Tungkal juga menjadi pusat masuknya produk-produk impor. Pada 1990-an, barang-barang bekas dari Singapura marak beredar. Tidak sedikit orang dari luar daerah khusus datang ke Kuala Tungkal hanya untuk berburu barang bekas, seperti pakaian, sepeda, kasur, jaket kulit, dan perabot rumah tangga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com