Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Tukang Parkir Menjadi Wirausaha

Kompas.com - 14/02/2011, 03:10 WIB

Semua keberhasilan itu membuat Dalyono berpikir agar hidupnya juga bermanfaat bagi orang lain. Maka, selain mengusahakan mebel batik yang mempekerjakan 160 orang di berbagai kota sebagai pemasok mebelnya (antara lain Jepara, Temanggung, dan Sukoharjo), ia bekerja sama dengan Universitas Ciputra Entrepreneurship di Jakarta mengusahakan lima lembaga kursus dan pelatihan.

Usaha itu kemudian berkembang lagi dengan satu lembaga keuangan mikro. Lembaganya pun mendapat bantuan dari pemerintah sebesar Rp 250 juta, selain bantuan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Konsumsi ekspor

Kantornya menempati enam ruang SD Inpres yang ditutup karena tak ada murid. Sejak tiga tahun lalu Dalyono menyewa tempat itu Rp 200.000 per tahun. Ongkos sewa itu tahun depan bakal naik menjadi Rp 3,5 juta.

Ruang-ruang kelas diaturnya sedemikian rupa hingga layak menjadi kantor sampai ruang untuk membuat desain batik dengan sejumlah karyawan binaan mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Pembeli produk mebel batiknya umumnya orang asing. Ia memanfaatkan promosi dari mulut ke mulut lewat pemandu wisata. ”Saya punya beberapa teman tour guide. Mereka yang memperkenalkan produk saya kepada para tamu asing, selain lewat pameran,” kata Dalyono yang kerap mengikuti berbagai pameran di Jakarta.

Produk mebel batiknya diekspor ke berbagai negara, seperti Perancis, Belanda, dan India. Setiap bulan ia mengekspor sekitar dua kontainer. Omzetnya per bulan sekitar Rp 700 juta.

Dengan mempekerjakan 20 orang di bengkelnya, Dalyono memberi upah sekitar Rp 25.000-Rp 30.000 per hari per pekerja. ”Itu bukan jumlah yang besar, tapi yang penting bermanfaat bagi orang lain,” ucap Dalyono yang juga mengusahakan pernik-pernik, seperti alas kaki sampai gelang kayu yang hari itu diborong konsumen India.

Tak muluk-muluk menafsirkan konsep kewirausahaan, Dalyono berkeyakinan kewirausahaan bukan pengetahuan, tetapi praktik. ”Saya belajar, terus belajar sambil terus bekerja juga.”

Karena itulah, dia juga kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram, Yogyakarta, selain belajar bahasa Mandarin, Inggris, dan Perancis lewat kursus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com