Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedelai Mahal, Bentuk Tahu Pun Menciut

Kompas.com - 22/02/2011, 17:39 WIB

BOJONEGORO, KOMPAS.com - Seratusan lebih perajin tahu di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Jatim, tetap mempertahankan produksinya, namun porsi tahu yang mereka jual dikurangi dengan harga tetap untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai.

"Ada sekitar 150 perajin tahu di sini, semua tetap berproduksi, tidak ada satupun yang berhenti produksi," kata Kaur Kesra Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, A Siskam, Selasa (22/2/2011).

Meski sulit menghadapi naiknya harga kedelai, para perajin tahu di desanya itu, sudah dua pekan lebih, berusaha mengurangi porsi tahu yang dipasarkan, baik di konsumen lokal Bojonegoro, Babat, Lamongan dan Blora, Jateng.

Harga tahu yang dijual tidak dinaikan, namun besarnya dikurangi. Dengan mengurangi besar tahu, keuntungan tidak berkurang.

"Saya tetap menjual empat tahu harga Rp1.000, namun besarnya ya saya kurangi," kata seorang perajin tahu setempat, Maswito (52).

Maswito mengaku, jumlah kedelai untuk produksi tahu yang ia butuhkan tetap 1,5 kuintal per hari.

Sementara ini, kenaikan harga kedelai masih bisa diantisipasi dengan memanfaatkan kedelai lama yang dibeli seharga Rp 5.700/kg. "Saya masih punya stok satu ton kedelai," ucapnya.

Di lain pihak, menurut Maswito, pengusaha setempat, selain menghadapi naiknya harga kedelai, juga menghadapi naiknya harga minyak curah.

Harga minyak curah naik menjadi Rp 10.000/liter dibandingkan dua pekan lalu yang masih Rp 8.000/liter.

Anggota Badan Pengawas Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Bojonegoro Rusdi menyatakan, sebanyak 132 perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya mulai mengeluhkan naiknya harga kedelai.

Ia mendesak, pemerintah mengatasi naiknya harga kedelai dengan memberikan subsidi kedelai kepada para pengrajin tahu dan tempe.

"Seharusnya ada pemecahan dari pemerintah melalui pemberian subsidi kedelai kepada para perajin," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com