Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Listrik Industri Turun

Kompas.com - 28/02/2011, 03:37 WIB

Jakarta, Kompas - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berencana menurunkan tarif listrik sekitar 20 persen bagi pelanggan industri untuk pemakaian pukul 23.00 sampai pukul 07.00. Kebijakan ini diharapkan dapat menghemat biaya operasi pembangkitan PLN dan bisa menurunkan biaya pemakaian listrik bagi industri.

”Kami akan membahasnya secara intensif dengan kalangan industri minggu ini agar bisa segera merumuskan penurunan tarif listrik ini. Kemungkinan dua minggu lagi sudah bisa diimplementasikan,” kata Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PT PLN Murtaqi Syamsudin, Minggu (27/2) di Jakarta.

Menurut Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan, saat ini industri membayar listrik rata-rata Rp 730 per kWh selama 24 jam. Dengan aturan baru itu, nantinya pada kurun delapan jam, pukul 23.00-07.00, tarif bisa hanya Rp 550 per kWh.

Penurunan tarif itu untuk mendorong industri agar mampu melakukan efisiensi secara besar- besaran dengan cara menggeser jam kerja mereka. Hal ini juga sekaligus memberikan kesempatan kepada tenaga kerja agar memperoleh penghasilan lebih baik karena bekerja pada malam hari seharusnya mendapat upah tambahan.

”Dengan penurunan tarif tengah malam, industri diharapkan mengurangi pemakaian listrik saat senja hari, kalau perlu menghentikan aktivitas mereka, diganti dengan berproduksi malam hari,” kata Dahlan.

Bagi PLN, penurunan tarif ini antara lain sebagai bentuk antisipasi PLN untuk menekan biaya produksi listrik yang menggunakan bahan bakar minyak mengingat kenaikan harga minyak mentah dunia kian mengkhawatirkan.

PLN harus memproduksi listrik 5.000 MW lebih banyak pada pukul 17.00 sampai pukul 22.00 untuk memenuhi beban puncak. PLN menanggung beban yang sangat berat karena untuk beban puncak itu harus menggunakan BBM. ”Apalagi jatah gas untuk PLN dikurangi terus,” ujar Dahlan Iskan menegaskan.

Sebagaimana diketahui, setiap kehilangan gas 100 juta British thermal unit per hari (MMBTUD), PLN harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 6 triliun setahun. ”Pemakaian listrik oleh masyarakat belakangan ini naik drastis seiring membaiknya keadaan ekonomi,” katanya.

Lebih efisien

Beban puncak Jawa-Bali sekarang ini mencapai 18.365 MW, naik 1.000 MW dibandingkan tahun lalu karena tingginya pemakaian listrik, terutama oleh pelanggan rumah tangga dan perhotelan. Adapun beban listrik pada tengah malam hanya 14.000 MW. ”Kami ingin mengurangi beban puncak agar sistem kelistrikan PLN lebih efisien,” kata Murtaqi.

Saat beban puncak, PLN cenderung memakai pembangkit listrik berbahan bakar minyak karena lebih mudah dibangkitkan dan responsnya terhadap peningkatan daya lebih cepat. Pada pukul 23.00-07.00, PLN lebih banyak memakai pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara sehingga biaya operasi lebih murah dibandingkan waktu beban puncak.

Dengan penurunan tarif listrik pada pukul 23.00-07.00, diharapkan pemakaian listrik minimal 1.000 MW saat beban puncak bisa dialihkan. ”Jadi, kami mendapat keuntungan berupa pengurangan biaya operasi pembangkitan senilai lebih dari Rp 1 triliun,” kata Murtaqi.

Target penurunan tarif listrik itu adalah kelompok pelanggan industri I2 dan I3 di Jawa-Bali. Jumlah pelanggan I2 (14 kVA- 200 kVA) 22.137 pelanggan dengan daya kontrak 1.763 mVA. Untuk I2, tarif listrik luar waktu beban puncak Rp 800 per kWh dan waktu beban puncak Rp 1.200 per kWh. Jika memakai listrik pada pukul 23.00-07.00, hanya akan dikenai tarif Rp 650 per kWh.

Adapun I3 atau tegangan menengah (>200 kVA) di Jawa-Bali berjumlah 7.338 pelanggan dengan daya kontrak 9.445 mVA. Untuk pelanggan I3, tarif listrik waktu beban puncak Rp 1.020 per kWh dan tarif luar waktu beban puncak Rp 1.020 per kWh. Rata- rata tarif listrik untuk pelanggan I3 Rp 730 per kWh.

”Kalau bisa menggeser pemakaiannya waktu beban puncak ke malam hari, dia hanya akan membayar Rp 550 per kWh,” ujarnya. (EVY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com