Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libya Panas, Harga Minyak Terus Melonjak

Kompas.com - 03/03/2011, 07:33 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Harga minyak mentah melesat tinggi pada Rabu (2/3/2011) waktu setempat, yang dipicu bentrokan kekerasan di antara pasukan pemimpin Libya Moammar Khadafy dan oposisi. Hal itu memicu kekhawatiran tentang pasokan minyak bumi.

Kontrak berjangka minyak mentah light sweet untuk pengiriman April menetap di 102,23 dollar AS di New York Mercantile Exchange, naik tajam 2,60 dollar AS dari penutupan Selasa.

Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) ini melonjak menuju puncak minggu lalu di atas 103 dollar AS, level yang terakhir terlihat pada 2008. Dalam dua hari perdagangan, kontrak telah naik 5,23 dollar AS.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April naik 93 sen menjadi 116,35 dollar AS per barrel. ”Pasar sangat gugup dan harga terus naik,” kata Tom Bentz dari BNP Paribas.

Situasi di Libya meningkat semakin tegang disebabkan Khadafy yang diserang memperingatkan bahwa ribuan orang akan mati jika campur tangan Barat untuk mendukung pemberontakan melawan dia—karena pemberontak kembali mendapat serangan oleh pasukannya di sebuah kota timur.

Pasar minyak terutama terkesima oleh serangan terhadap pelabuhan minyak strategis di timur Brega, lokasi utama operasi perminyakan. Badan Energi Internasional (IEA), Rabu, menyatakan lebih dari setengah produksi minyak Libya tidak masuk ke pasar internasional di tengah pemberontakan.

IEA merevisi naik estimasinya dari penutupan minyak di Libya, menjadi antara 850.000 hingga satu juta barrel per hari, dari produksi total 1,6 juta barrel per hari. Beberapa perusahaan minyak asing telah menutup operasi di tengah kerusuhan.

IEA, lembaga berbasis di Paris yang mewakili negara-negara konsumen minyak, mengatakan,  informasi yang diterima dari kilang Eropa menunjukkan ada cadangan yang cukup sampai akhir Maret.

Akan tetapi, beberapa analis menunjukkan, kualitas minyak dari Arab Saudi, produsen minyak terbesar di dunia, berbeda dari minyak Libya, yang dapat menimbulkan masalah bagi penyuling. ”Minyak light Saudi memiliki sekitar 1,0-1,5 persen belerang di dalamnya dan minyak Libya antara 0,0-0,5 persen belerang sehingga sangat istimewa,” kata Adam Sieminsky dari Deutsche Bank.

”Negara yang memiliki minyak terdekat dalam kualitas itu adalah Nigeria,” tuturnya.

Pedagang juga mencerna laporan mingguan terakhir cadangan AS, yang menunjukkan stok minyak mentah tiba-tiba jatuh setelah serangkaian kenaikan yang mengangkat pertanyaan tentang melemahnya permintaan di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu.

Departemen Energi AS mengatakan, cadangan minyak mentah turun 400.000 barrel menjadi 346,4 juta barrel dalam pekan yang berakhir 25 Februari. Cadangan bensin dan sulingan juga turun, namun cadangan di terminal Cushing, Oklahoma, depot minyak terbesar di negara itu yang hampir penuh, naik 1,2 juta barrel menjadi 38,6 juta. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Whats New
    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    Work Smart
    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Whats New
    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Whats New
    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Whats New
    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Whats New
    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Work Smart
    Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Whats New
    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Whats New
    Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Whats New
    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Whats New
    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Work Smart
    Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com