Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penguatan Rupiah Tak Jadi Soal

Kompas.com - 10/03/2011, 07:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Penguatan rupiah terhadap dollar AS dinilai tidak terlalu berimbas bagi eksportir komoditas dan barang setengah jadi yang harganya naik di pasar internasional. Namun, apresiasi rupiah ini ada batasnya karena industri manufaktur domestik akan kalah bersaing dari barang impor yang makin murah.

Pada penutupan perdagangan hari Rabu (9/3/2011), rupiah terapresiasi 4 poin atau sekitar 0,04 persen menjadi Rp 8.783 per dollar AS. Pada saat sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia juga naik tipis sekitar 0,51 persen menjadi 3.598,68. Selasa lalu, rupiah pernah menyentuh level 8.780, yang notabene terkuat sejak Juni empat tahun terakhir.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara, di Jakarta, menyatakan, bagi Indonesia, apresiasi rupiah tidak terlalu berpengaruh ke ekspor karena Indonesia menjual bahan mentah komoditas tambang dan perkebunan. Namun, apresiasi juga harus dilihat dampaknya lebih jauh bagi inflasi dan impor.

”Dari sisi impor, harus dilihat kenaikan pada jenis barang konsumsi atau barang modal. Jika pertumbuhan barang impor konsumsi makin kencang dibandingkan barang modal, itu menjadi tanda batas dari apresiasi rupiah,” kata Mirza.

Sejak tahun lalu, banyak bank sentral di dunia yang menghindari apresiasi mata uang mereka karena khawatir kinerja ekspor terganggu. Hal itu juga dialami Indonesia yang menghindari rupiah menguat di bawah Rp 9.000 per 1 dollar AS. Namun, untuk tahun ini saat inflasi menjadi ancaman, Bank Indonesia (BI) dan beberapa bank sentral yang ”membolehkan” apresiasi supaya inflasi dari barang impor dapat turun.

Ekonom, yang juga Chief Executive Officer EC-Think Corporation, Iman Sugema, melihat kondisi saat ini dilematis bagi BI. Tidak ada istilah keputusan yang menyenangkan semua pihak. Pilihan BI untuk menguatkan rupiah dinilainya masuk akal. BI masih menahan penguatan dengan menyerap dollar AS dapat dilihat dari cadangan devisa nasional yang terus meningkat.

”Ini win-win solution karena tidak terlalu merugikan eksportir. Apresiasi mata uang juga terjadi di negara-negara tetangga sehingga kita tidak kehilangan daya saing,” kata Iman, seraya menambahkan, batas psikologis rupiah masih aman sekalipun menembus kisaran level Rp 8.400-Rp 8500 per 1 dollar AS.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan menyatakan, daya tahan dan fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat, terutama dilihat dari kebijakan suku bunga acuan (BI Rate) yang dikeluarkan BI. (BEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Toko Marine Hadirkan Platform untuk Tingkatkan 'Employee Benefit'

Toko Marine Hadirkan Platform untuk Tingkatkan "Employee Benefit"

Whats New
Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Spend Smart
Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Whats New
Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Whats New
Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com