Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desain Bisa Dongkrak Daya Saing Rotan

Kompas.com - 06/04/2011, 22:18 WIB

CIREBON, KOMPAS.com — Perbaikan desain dan promosi yang terus-menerus akan bisa mendongkrak daya saing furnitur berbahan baku rotan produksi dalam negeri. Desain produk yang lebih kreatif dan inovatif ditargetkan mampu menarik minat beli importir di pasar dunia.

Keberhasilan promosi dan perbaikan desain itu terutama diharapkan oleh ribuan perajin di sentra produk rotan di Plumbon dan Plered, Cirebon, Jawa Barat. Sejak pemerintah membuka keran ekspor bahan baku rotan ke luar negeri pada 2005, sebanyak 320 pabrik  dari 511  pabrik rotan di Cirebon gulung tikar.

"Kebijakan itu juga mengakibatkan sekitar 1.600 usaha kecil rotan di Cirebon kembang kempis karena produknya kalah bersaing di pasaran dunia. Ekspor bahan baku rotan membuat negara lain, seperti China dan Vietnam, leluasa membuat produk jadi," kata Ketua Asmindo Komisariat Daerah Cirebon Sumartja, Rabu (6/4/2011) di Cirebon.

Dulunya negara-negara itu hanya mendapatkan barang setengah jadi dari Indonesia. Lebih dari 80 persen bahan baku rotan dunia ada di Indonesia. "Ketika orang bicara tentang rotan, mereka pasti merujuk Indonesia. Kini, hal itu berbalik, bicara rotan, artinya bicara tentang China," kata Sumartja, yang mengelola pabrik rotan Mekar Sari di Tegalwangi, Cirebon.

Sejak awal 2011, sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah untuk membangkitkan kembali usaha rotan. Asmindo antara lain bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian untuk mengikuti berbagai pameran di dalam maupun luar negeri. Sepanjang tahun ini dijadwalkan lima pameran di dalam dan luar negeri, antara lain di Jerman, Spanyol, Amerika Serikat, dan China.

Pada pameran di Jerman, Februari lalu, 12 pabrik rotan di Indonesia dilibatkan. Sebagian besar peserta adalah eksportir dari Cirebon. "Di sana, kami dikenalkan dengan dua profesor desain asal Jerman yang memberi pengetahuan tentang desain. Dua ahli itu akan dilibatkan dalam pengembangan desain produk rotan," kata Sumartja.

Terkait pengembangan desain, Sumartja menyebut sebagian besar perajin dan eksportir telah siap. Perajin kecil yang biasanya menerima kontrak garapan dari pabrik pun sebagian siap.

Belum berani

Arismunandar (22), pengelola Toko Teguh Mandiri Rotan di Jalan Tegalwangi, menuturkan bahwa selama ini pihaknya terbiasa menerima pesanan desain produk dari luar negeri. "Pembeli atau importir datang sendiri membawa gambar desain kursi atau meja seperti yang mereka inginkan," ungkapnya.

Namun, perajin rotan belum sepenuhnya berani melakukan inovasi desain dan bentuk produk jadi. Mereka khawatir produk dengan desain yang tidak lazim justru tak laku di pasaran. "Saat ini kami mengikuti tren pasar saja, seperti dengan membuat produk dari bahan sintetis. Ini yang sedang digemari pasar. Jika kami buat lainnya, khawatir tidak laku," katanya.

Kepala Bidang Industri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Supardi mengemukakan, keberlanjutan usaha rotan di wilayahnya amat penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lebih dari 50.000 orang menggantungkan nasibnya pada usaha rotan, mulai dari perajin hingga kuli angkut dan sopir kontainer.

Sementara itu, usaha rotan Cirebon kini kian redup yang ditandai dengan penurunan volume ekspor. Sebelum 2005, ekspor produk rotan 3.000 kontainer per bulan. Angka itu kini turun menjadi 1.200 kontainer per bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com