Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surplus Terus Menipis

Kompas.com - 30/05/2011, 04:52 WIB

Jakarta, Kompas - Surplus neraca perdagangan Indonesia terus menipis. Tahun 2006, surplus masih tercatat 49 persen, sementara tahun 2010 tinggal 14 persen. Impor yang terus membengkak membuat Indonesia makin bergantung pada produk asing. Derasnya impor juga mengancam deindustrialisasi.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, tren kenaikan ekspor selama lima tahun terakhir hanya 9,6 persen per tahun, sedangkan impor 20,4 persen per tahun. Tren tersebut terus berlanjut di awal tahun 2011. Surplus perdagangan per Maret sebesar 1,81 miliar dollar AS, semakin menipis dibandingkan dengan bulan Februari yang masih berada di atas 2 miliar dollar AS.

Lonjakan impor terutama terjadi pada barang konsumsi atau produk manufaktur. Tahun ini, pada kuartal I, impor mainan anak- anak yang melonjak 61,5 persen. Lonjakan juga terjadi pada barang konsumsi sebesar 48,2 persen. Lonjakan tertinggi terjadi pada produk alas kaki, khususnya dari China. Pada Januari 2010, impor alas kaki tercatat 3,4 juta dollar AS, sementara Januari tahun ini tercatat 6,69 juta dollar AS.

Ketergantungan Indonesia pada produk impor juga terjadi pada garmen dengan lonjakan impor 45 persen, sepanjang kuartal I. Tak hanya itu, di sektor industri masih banyak juga yang bergantung pada bahan baku impor. Misalnya saja pada industri plastik, yang 40 persen bahan bakunya diimpor.

Derasnya keran impor mengancam deindustrialisasi. Kementerian Keuangan merilis pertumbuhan sektor industri pada kuartal I minus 1,2 persen. Meski data tersebut dibantah oleh Kementerian Perindustrian, beberapa asosiasi mengaku mulai terjadi peralihan dari sektor industri ke perdagangan.

”Sekitar 30 persen perajin sepatu beralih menjadi pedagang. Mereka lebih mudah menjual sepatu murah dari China daripada harus memproduksi sendiri,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Djimanto, Jumat (27/5).

Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, industri nonmigas selama kuartal I masih tumbuh 5,75 persen. Hanya sektor industri kayu dan hasil hutan yang pertumbuhannya minus 0,4 persen, pupuk kimia, dan barang karet minus 0,07 persen.

Dari segi kepemilikan sebagian besar industri manufaktur yang beroperasi di Indonesia juga dikuasai asing.

Menurut ekonom Universitas Gadjah Mada, Revrisond Baswir, perdagangan bebas telah membuat terpuruk. Indonesia makin bergantung pada produk impor, yang berdampak pada kebangkrutan industri dalam negeri.

”Sudah jelas Indonesia belum siap dengan perdagangan bebas,” katanya. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Whats New
Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Whats New
Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com