Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewariskan Kemiskinan-Pengangguran?

Kompas.com - 07/06/2011, 03:02 WIB

Muhammad Chatib Basri

Kenapa Indonesia harus tumbuh di atas 8 persen? Mengapa pertumbuhan 6,5 persen tak cukup? Ibarat manusia, Indonesia saat ini mulai memasuki usia muda yang produktif. Karena itu, ia harus bekerja semaksimal mungkin untuk memiliki tabungan pada hari tua.

Analogi ini mencerminkan hubungan transisi demografi Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi pada masa depan. Belakangan ini begitu banyak studi yang menunjukkan Indonesia berpotensi menjadi pelaku ekonomi penting pada 2025. Studi Indonesia Forum, Goldman Sachs, dan CLSA memperkuat ramalan ini.

Argumen utamanya: Indonesia akan memperoleh bonus demografinya pada tahun 2025, dan Indonesia diuntungkan karena memiliki komoditas dan energi.

Rasio ketergantungan

Saya kira ada dasar untuk optimistis. Tahun 2025 Indonesia akan memiliki angka rasio ketergantungan (dependency ratio—rasio penduduk yang harus ditanggung oleh pekerja produktif) yang lebih rendah daripada banyak negara Asia. Akibatnya, konsumsi, tabungan, dan investasi akan meningkat. Itu sebabnya, perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada produk konsumsi memiliki kinerja yang relatif baik di Indonesia.

Dengan permintaan yang tinggi ini ekonomi akan bergerak karena porsi konsumsi mencapai 65 persen di Indonesia. Gejala ini mulai terlihat saat ini. Studi yang dilakukan Bank Dunia (2011) menunjukkan bahwa persentase penduduk dengan pengeluaran per kapita di atas 4 dollar AS per hari meningkat dari 5,7 persen (2003) menjadi 18,2 persen. Artinya, ada 30 juta kelas menengah baru. Ini adalah potensi yang luar biasa. Itu sebabnya, permintaan terhadap mobil, motor, telepon seluler, dan industri gaya hidup meningkat begitu tajam.

Modigliani dan Brumberg (1954) pernah menulis soal life-cycle hypothesis, yang menyebutkan bahwa pola konsumsi dan tabungan akan dipengaruhi siklus umur manusia. Pada masa kanak-kanak—karena tidak ada pendapatan—tingkat tabungan akan negatif (orangtua membiayai anaknya).

Dalam periode produktif (15-65 tahun), orang berpotensi memiliki tabungan karena pendapatannya lebih besar dibandingkan dengan konsumsinya. Adapun pada kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas) tingkat tabungan yang ada akan digunakan untuk masa pensiun. Karena itu, tingkat tabungan (swasta dan pemerintah) dan konsumsi akan dipengaruhi oleh transisi demografi.

Meningkatnya rasio ketergantungan akibat meningkatnya porsi usia lanjut (aging) akan berdampak negatif pada tabungan pemerintah. Penyebabnya, pengeluaran negara untuk pensiun meningkat, kesehatan dan jaminan kesehatan meningkat, sedangkan penerimaan negara mengalami penurunan. Rasio ketergantungan yang meningkat akan menurunkan produktivitas, yang pada gilirannya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Punya KPR BCA? Ini Cara Cek Angsurannya Lewat myBCA

Punya KPR BCA? Ini Cara Cek Angsurannya Lewat myBCA

Work Smart
APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

APRIL Group Terjun ke Bisnis Kemasan Berkelanjutan, Salah Satu Investasi Terbesar di Sumatra dalam Satu Dekade

BrandzView
Siap-siap, BSI Bakal Tebar Dividen Rp 855,56 Miliar

Siap-siap, BSI Bakal Tebar Dividen Rp 855,56 Miliar

Whats New
Kalbe Farma Umumkan Dividen dan Rencana 'Buyback' Saham

Kalbe Farma Umumkan Dividen dan Rencana "Buyback" Saham

Whats New
Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Whats New
IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com