Jakarta, Kompas
Demikian kata Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Kamis (9/6), saat dihubungi di Kaohsiung, Taiwan. Wamenhub menghadiri pertemuan Intelligent Transportation System Asia Pasifik ke-19 di Taiwan.
”China dan Taiwan terlihat serius mengembangkan kereta dengan kecepatan tinggi. Kita harus mulai menganalisis dampak ekonominya, supaya daya saing Indonesia tak makin tertinggal,” kata Bambang.
Tahun 1978, kata Bambang, Taipei di Utara dan Kaohsiung di selatan (345 kilometer) terhubung dengan jalan dalam satu hari.
Tahun 1978-2006, jalan tol ”mendekatkan” jarak dengan lima jam. Sejak tahun 2007, dengan KA cepat, dua kota itu ditempuh dalam 90 menit.
”Kini, konektivitas yang terwujud ini telah direspons para pelaku ekonomi dengan menempatkan pusat-pusat ekonomi dan kegiatannya di sepanjang koridor yang terbentuk,” kata Bambang.
Di China, kata Wamenhub, jalur KA cepat sedang dibangun besar-besaran. Jalur KA Beijing- Shanghai (1.318 kilometer) dengan biaya 221 miliar yuan kini salah satu jalur KA cepat terpanjang.
”Para ekonom makro dan planolog China sangat meyakini bahwa pembentuk koridor ekonomi regional China masa depan adalah melalui konektivitas kereta cepat,” katanya.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, lebih baik membangun kereta cepat daripada jalan tol. ”Penumpangnya naik kereta cepat, sedangkan barang dapat memanfaatkan jalur ganda kereta
KA Argo Cahaya pernah direncanakan pemerintah untuk menempuh Jakarta-Surabaya dengan kecepatan 300 km per jam. Waktu tempuhnya, maksimal 2,5 jam.