Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Berhenti Merokok Bikin Gemuk?

Kompas.com - 14/06/2011, 09:44 WIB

KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi jika pecandu rokok yang ingin menghentikan kebiasaan buruknya itu sering mengeluh berat badannya bertambah. Ternyata hal itu berkaitan dengan kemampuan nikotin mengganggu sel di otak yang bertugas memberi sinyal saat perut sudah merasa kenyang.

Mekanisme tersebut baru diketahui para peneliti yang hasil risetnya dipublikasikan dalam jurnal Science. Penemuan ini secara tidak sengaja diketahui ilmuwan dari Yale University saat meneliti nikotin pada mencit. Binatang tersebut mendadak mulai makan lebih sedikit saat zat nikotin memasuki tubuhnya.

Di dalam otak, nikotin akan menempel pada berbagai reseptor di permukaan sel, termasuk juga pada bagian ganjaran (reward) sehingga memberikan rasa nikmat dan membuat seseorang ingin mengulanginya.

Selain itu ternyata nikotin juga mengikatkan diri pada reseptor pada saraf yang mengatur nafsu makan, yang tidak terkait pada efek adiksi. Bagian saraf ini berlokasi di hipotalamus dan mengirimkan sinyal kenyang setelah makan sehingga kita bisa mengatur kapan harus berhenti.

Hal ini menjelaskan mengapa para perokok sering merasa tidak lapar ketika mereka sedang menghisap tambakau. Ketika mereka ingin berhenti dari kebiasaan merokok, banyak perokok yang mulai makan lebih banyak, sehingga rata-rata mengalami kenaikan berat badan sampai 5 kilogram setelah berhenti.

Meski kenaikan berat badan yang dialami tergolong sedang, namun menurut Picciotto hal ini bisa menghambat motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Dengan diketahuinya mekanisme nikotin di otak, diharapkan akan diciptakan obat untuk lepas dari kebiasaan merokok yang mampu bekerja secara spesifik pada reseptor di otak.

Obat semacam itu sebenarnya sudah tersedia di daerah Eropa Timur yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Namun obat ini memiliki efek samping.

"Reseptor itu juga berkaitan dengan respon stres tubuh sehingga bisa menyebabkan efek samping seperti tekanan darah tinggi," kata Marina Picciotto, peneliti dari Yale.

Ia menambahkan, rokok memiliki banyak efek buruk seperti memicu kanker, serangan jantung dan berbagai penyakit kronik lagi. Karena itu bertambah sedikit berat badan menurutnya bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com