Solo, Kompas -
Ramainya kunjungan pembeli berdampak pada omzet penjualan batik di tingkat perajin ataupun pedagang di Pasar Klewer, Solo, meningkat tajam hingga hingga lima kali lipat dari biasanya. Saking larisnya, beberapa pedagang sampai kehabisan stok batik.
Kosidah, perajin dan pedagang batik di Kampung Batik Kauman, misalnya. Pada hari biasa, omzet penjualannya maksimal Rp 1 juta per hari, tetapi selama seminggu terakhir ini omzetnya menembus Rp 5 juta.
”Hari Selasa (30/8) omzet penjualan batik di toko saya mencapai Rp 11 juta,” ujar Kosidah, pemilik toko Rumah Batik Bagas ini, Jumat (2/9).
Pembeli yang berdatangan biasanya membeli batik dalam jumlah banyak. Paling laris baju wanita. ”Beberapa kali stok 100-200 potong daster batik langsung habis dalam waktu satu hari,” ujar putri pemilik kios batik Putri Fery di Pasar Klewer.
Yuni (50), warga Bandung yang mengunjungi keluarganya di Solo, mengaku sengaja datang ke Pasar Klewer untuk membeli baju batik bagi anak dan cucunya, serta kerabat yang jauh sebelumnya sudah meminta dibawakan oleh-oleh baju batik khas Solo.
Di Kota Semarang (Jawa Tengah), Kota Probolinggo, Madiun, dan Magetan (Jatim), pusat oleh-oleh atau pusat jajanan juga diserbu pemudik yang hendak pulang ke kota tempat mereka bekerja.
Pusat oleh-oleh di kawasan Jalan Pandanaran, Semarang, hingga Jumat kemarin dipenuhi pengunjung yang membeli kue wingko babat, lumpia, bandeng presto, dan makanan khas lainnya.
Wiko Wijanarko (45), pedagang wingko babat, mengatakan, selama libur Lebaran, setiap hari dia mampu menjual 250-300 tas wingko babat, Padahal, pada hari biasa hanya terjual 25-30 tas. Satu tas berisi 20 bungkus wingko babat yang dijual seharga Rp 10.000.