Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pameran Seni sampai Pasar Seni

Kompas.com - 16/11/2011, 04:37 WIB

Untuk melengkapi rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi Ke-19 ASEAN dan KTT Asia Timur 2011 di kompleks Nusa Dua, Bali, sebuah acara yang bersifat lebih santai juga digelar di kompleks tersebut. Acara bernama ASEAN Fair ini berisi berbagai kegiatan seni dan budaya. Acara ini digelar sebulan penuh hingga 23 November.

Saat membuka acara ini di Bali Tourism Development Center, 24 Oktober, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, ada dua tujuan utama penyelenggaraan ASEAN Fair ini, yakni untuk mempromosikan kebudayaan ASEAN dan merayakan kekayaan industri kreatif ASEAN.

”Pertama adalah mempromosikan kebudayaan ASEAN melalui materi-materi pameran yang menjelaskan sejarah, kebudayaan, dan cara hidup masyarakat ASEAN dengan multimedia, buku, lukisan anak-anak, dan benda-benda kebudayaan, seperti lukisan dan tekstil. Kedua, untuk merayakan kekayaan industri kreatif ASEAN melalui musik, film, buku, pertunjukan kebudayaan, barang-barang seni, dan tekstil,” tutur Presiden Yudhoyono seperti dikutip dalam laman resmi presidenri.go.id.

Salah satu kegiatan promosi kebudayaan ASEAN dalam bidang seni adalah ASEAN Art Exhibition 2011 yang dilangsungkan di Museum Pasifika, museum seni rupa di dalam kompleks Nusa Dua. Di salah satu ruang dari total 11 ruang galeri museum tersebut dipamerkan berbagai karya seni rupa yang berbau ASEAN, baik yang merupakan hasil karya para perupa legendaris 10 negara anggota ASEAN maupun karya para perupa dari luar ASEAN yang pernah tinggal dan berkarya di kawasan ASEAN.

Petugas penjaga museum mengatakan, karya-karya yang dipamerkan adalah koleksi Museum Pasifika sendiri, ditambah beberapa karya seni dari Brunei yang dipinjamkan seorang kolektor.

Beberapa lukisan yang dipamerkan, antara lain, karya para old masters Indonesia, seperti lukisan ”Boats in Cirebon” karya Affandi dan ”Javanese Woman” karya Hendra Gunawan. Singapura diwakili karya Lee Man Fong dengan ”Balinese Girl” dan Jimmy Ong dengan karyanya ”Nonio Farquhar Afternoon Tea”.

Pada pameran yang terkesan masih terbatas ini, karya-karya para perupa kontemporer ASEAN belum terwakili sehingga dinamika seni rupa, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya negara-negara ASEAN, seolah-olah terhenti hanya di karya para old masters tersebut. Alangkah bagusnya apabila ke depan, pemerintah negara- negara ASEAN pun menaruh perhatian kepada para perupa kontemporer ini, yang menjadi bagian dari kekayaan budaya tak ternilai harganya.

Sementara tidak jauh dari Museum Pasifika, digelar pula pameran dan penjualan barang kerajinan dari ASEAN. Tetapi, sebenarnya 95 persen barang yang ada merupakan barang dari Indonesia, khususnya Bali. Kios-kios yang disediakan untuk negara anggota ASEAN lainnya justru kosong melompong.

Barang yang dijajakan dalam acara ini masih seputar kain-kain dan baju, perlengkapan aroma terapi, makanan, dan khas beberapa daerah. Tidak terdapat perajin yang sebenarnya dapat menceritakan proses kreatif pembuatan barang kerajinan tersebut. Yang ada hanya penjual.

Udara pantai yang panas tidak dapat ditepis oleh bangunan dengan kerangka bambu dan beratap ilalang itu sehingga membuat suasana di dalam ruangan panas. (DHF/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com