JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia melakukan sejumlah intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Salah satunya adalah BI melakukan intervensi dalam penjualan valuta asing (valas).
Hal ini dikemukakan oleh Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam diskusi dengan wartawan di Gedung Bank Indonesia, Selasa ( 29/11/2011 ).
"Di sini bahwa komitmen Bank Indonesia untuk stabilisasi di pasar valas dan stabilisasi nilai tukar itu terus dilakukan. Kita terus berada di pasar baik pasar valas maupun pasar obligasi pemerintah. Kita melakukan intervensi jual valas untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dan, juga kita membeli SBN (Surat Berharga Negara) secara bilateral di pasar sekunder dalam beberapa waktu terakhir," terang Perry.
Perry mengatakan, krisis Amerika Serikat dan Eropa memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah. Tekanan ini tidak hanya semata dirasakan Indonesia. Menurut Perry, semua negara juga mendapatkannya.
BI pun harus menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah searah dengan perkembangan nilai tukar di kawasan.
Hasil dari intervensi BI, jelas dia, posisi rupiah masih lebih baik dibandingkan ringgit Malaysia, dollar Singapura dan won Korea. Tetapi tingkat depresiasi rupiah masih lebih besar dari baht Thailand dan peso Filiphina.
"Misalnya kalau kita lihat depresiasi rupiah dari 31 Agustus ke 25 November itu sekitar 5,8 persen. Terakhir-terakhir kan rupiah kemarin kan Rp 9.050-Rp 9.060," ucap Perry.
Sementara itu, pada periode yang sama depresiasi ringgit mencapai 6,7 persen, won sebesar 8 persen, dollar Singapura 8,2 persen. Sedangkan, baht hanya terdepresiasi 4,2 persen dan peso sebesar 3,2 persen. "Jadi tingkat depresiasi rupiah masih lebih kecil daripada mereka (dollar Singapura, ringgit, dan won)," tegas dia.
Terhadap hal ini, Perry mengingatkan, jangan diartikan stabilisasi nilai tukar bahwa rupiah harus menguat terus. Hal yang penting volatilitas nilai tukar rupiah yang tidak terlalu besar dan tingkat pelemahannya tidak terlalu buruk dengan apa yang terjadi di kawasan. "Refleksinya (stabilitasi nilai tukar) seperti itu," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.