Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keamanan Makanan Pendamping ASI Belum Terawasi

Kompas.com - 05/01/2012, 07:32 WIB

Depok, Kompas - Keamanan pengolahan makanan pendamping air susu ibu di tingkat rumah tangga belum mendapat pengawasan dari pemerintah. Selama ini pemerintah lebih menitikberatkan pengawasan terhadap keamanan susu formula, makanan hasil olahan pabrik atau makanan jadi yang dijual di pasaran.

”Makanan pendamping air susu ibu (MPASI) lokal (yang disiapkan di rumah tangga) jarang diamati keamanannya dari kontaminasi,” kata Aria Kusuma seusai promosi doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Rabu (4/1) di Depok.

Aria dengan promotor Prof Haryoto Kusnoputranto serta kopromotor Prof Rizal Syarief dan Prof I Made Djaja lulus dengan yudisium memuaskan.

Aria meneliti tentang kontaminasi bakteri Escherichia coli pada Penyajian MPASI lokal bagi bayi usia 6-12 bulan. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Pada prinsipnya, demikian Aria, makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik bisa terkontaminasi bakteri dan menimbulkan penyakit pada manusia. Dari seluruh kejadian diare, 90 persen menyerang anak di bawah usia lima tahun. Hal ini menguatkan dugaan bahwa makanan menjadi penyebab diare.

Dalam disertasinya, Aria melakukan studi observasi untuk menganalisis bahaya pada titik- titik kendali kritis saat penyiapan MPASI. Penelitian dilakukan terhadap 32 rumah tangga selama satu tahun pada tahun 2009.

Hasil penelitian menunjukkan, lebih dari separuh responden menyajikan MPASI di rumah dengan tenggang waktu cukup lama, yaitu 120 menit (dua jam) lebih setelah makanan matang. Selain itu, responden juga menyajikan makanan dengan suhu kurang dari 45 derajat celsius. Padahal, makanan seharusnya disajikan pada suhu lebih dari 70 derajat celsius agar E coli mati.

Penyimpanan makanan di luar kulkas, misalnya di rice cooker, magic jar, atau tempat lain, juga berisiko membuat makanan terkontaminasi E coli. Ketika hendak dimakan, MPASI tidak dipanaskan lagi.

Faktor sanitasi lingkungan juga menjadi penyebab terkontaminasi makanan oleh E coli. Masyarakat Selayo berisiko mengalami kontaminasi karena terbiasa mencuci peralatan makanan tidak pada tempat khusus cuci piring. Lebih dari separuh penduduk kampung tidak memiliki jamban, kalaupun ada, jamban tanpa teknologi ”leher angsa” sehingga kotoran manusia di jamban tidak terisolasi. Mereka juga terbiasa membuang sampah sembarangan dan tidak memiliki pengolahan limbah rumah tangga.

Haryoto Kusnoputranto, Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI, mengatakan, analisis terhadap titik-titik kritis penyajian MPASI, mulai dari bahan mentah, proses pengolahan, hingga penyajian, diharapkan bisa membuka jalan untuk penyusunan pedoman pengawasan. Pedoman itu nantinya dibagikan kepada petugas lapangan untuk mengawasi penyajian MPASI di rumah tangga. (IND)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com