Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Selat Hormuz Belum Pengaruhi APBN 2012

Kompas.com - 16/01/2012, 14:47 WIB
Hindra Liauw

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah memandang memanasnya situasi di Selat Hormuz belum akan memengaruhi harga minyak dunia. Maka itu, kata Hatta, pemerintah tidak akan mengeluarkan revisi terhadap APBN 2012. "Keadaan di Selat Hormuz harus kita cermati. Namun, belum sampai membuat kita harus mengubah asumsi di APBN 2012," kata Hatta kepada para wartawan di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (16/1/2012).

Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur perairan delapan negara di kawasan Teluk Persia atau Arab. Delapan negara itu adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Bahrain, Kesultanan Oman, Kuwait, Irak, dan Iran. Hampir setiap 10 menit satu kapal tanker melewati selat tersebut. Sekitar 40 persen impor minyak dunia melewati selat itu, dan sekitar 90 persen ekspor minyak negara-negara Arab teluk, Irak, dan Iran melalui jalur Selat Hormuz.

Menurut kajian sebuah lembaga energi di AS, diprediksi volume ekspor minyak yang melalui Selat Hormuz bisa mencapai 35 juta barrel setiap hari pada tahun 2020. Saat ini, pasukan Amerika Serikat dan Iran di saling mempertontonkan otot kekuatan militer antarkedua di jalur vital tersebut.

Hatta menambahkan, pemerintah selalu mencermati perkembangan harga minyak dunia. Terkait analisa soal memanasnya situasi di Selat Hormuz, pemerintah telah mengantisipasinya dengan melakukan diversifikasi energi. Kebijakan konversi dari bahan bakar minyak ke gas merupakan salah satu strateginya. Kebijakan ini mulai berlaku 1 April 2012.

Terkait pelaksanaannya, Hatta mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan kondisi di lapangan. "Jangan mengartikan, seakan-akan 1 April seperti start, tidak begitu. Walaupun di dalam undang-undang disebutkan mulai 1 April. Tapi intinya, kami berbicara dalam kerangka strategi. Strategi pemerintah dalam melakukan diversifikasi energi, yakni mengurangi ketergantungan kita terhadap BBM, mulai dari jangka pendek, menengah dan panjang," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com