Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asumsi Harga Minyak dalam APBN Jangan Konservatif

Kompas.com - 20/02/2012, 13:17 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pemerintah hendaknya segera mengubah asumsi harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2012 yang dipatok 90 dollar AS per barrel. Pasalnya, kini kondisi harga minyak sudah jauh dari harga asumsi.

"Saya pikir pemerintah harus cepat mengubah asumsi. Asumsi makro semua meleset. Tidak ada yang sesuai realita," ujar Fabby, Senin (20/2/2012).

Harga minyak mentah dunia pada Senin pagi ini telah menembus 105 dollar AS dalam sembilan bulan terakhir, seiring pernyataan Iran menghentikan ekspor emas hitam ke Inggris dan Perancis. Bahkan, kecenderungan harga minyak tetap tinggi terbuka, seiring ketegangan yang belum mereda antara Iran dan negara-negara Barat.

Fabby memperkirakan harga minyak mentah dunia bisa di atas 120 dollar AS per barrel seiring kondisi Iran. Dengan realisasi ICP riil di atas asumsi APBN, yakni 15-20 persen, ia berharap pemerintah segera mengubah asumsi ICP di APBN 2012.

Fabby berharap pemerintah tidak lagi mematok asumsi di angka yang konservatif yakni 90 dollar AS per barrel. Pemerintah harus berani mematok asumsi ICP pada angka 100 dollar AS per barrel. "Kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pun tidak bisa ditunda lama-lama. Minimal Rp 6.000 seperti yang sudah pernah dilakukan," kata Fabby terkait langkah lain yang harus dilakukan pemerintah selain mengubah asumsi ICP.

Anggota Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha, pun mengatakan, DPR tinggal menunggu pemerintah untuk membahas APBN Perubahan 2012. Menurutnya, pembahasan APBN-P tidak hanya akan membuka opsi kenaikan harga BBM bersubsidi, tetapi termasuk juga mengubah asumsi makro, seperti harga ICP.

"Masalah kenaikan harga minyak itu pasti akan membengkakkan subsidi," ujar Satya. Ia menuturkan, asumsi ICP bisa saja akan dinaikkan dari angka asumsi saat ini. "Asumsi ICP bisa saja dibuat 100 dollar AS. Kita kan akan lihat seperti apa trennya dalam satu tahun," tambah Satya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

    Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

    Whats New
    Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

    Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

    Whats New
    Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

    Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

    Whats New
    TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Whats New
    Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

    Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

    Earn Smart
    Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

    Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

    Whats New
    3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

    3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

    Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

    Whats New
    Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

    Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

    Work Smart
    IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

    IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

    Whats New
    Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

    Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

    Whats New
    Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

    Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

    Whats New
    Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

    Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

    Whats New
    BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

    BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

    Whats New
    Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

    Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com