Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Menekan Rupiah dan Suku Bunga

Kompas.com - 31/03/2012, 02:41 WIB

Jakarta, Kompas - Meningkatnya inflasi dapat memberi tekanan moneter terhadap nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga. Pertumbuhan ekonomi dan kredit perbankan juga akan melambat.

Kondisi itu memerlukan langkah Bank Indonesia berupa kombinasi kebijakan sekaligus bertindak sebagai stimulus pertumbuhan. Namun, seperti biasa, Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menolak memaparkan langkah dan kebijakan yang disiapkan BI.

”Mana yang dipertahankan, mana yang agak dilonggarkan?” ujar Darmin kepada wartawan di Jakarta, Jumat (30/3).

Respons BI bisa terhadap nilai tukar rupiah, berupa suku bunga, atau malah alternatif lain berikut kombinasinya. Jika tingkat bunga tetap, nilai tukar rupiah akan melemah. Namun, jika suku bunga dinaikkan, pelemahan rupiah tidak besar.

Langkah-langkah itu mengacu pada perhitungan BI, jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi naik Rp 1.500 per liter, inflasi akan bergerak naik menjadi 6,8 persen. Naiknya harga premium membuat impor BBM berkurang. Hal ini penting karena impor minyak dan gas bumi di neraca pembayaran Indonesia sudah melampaui ekspor sehingga perlu diperlambat.

Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI pada Jumat Rp 9.180 per dollar AS. Posisi ini melemah ketimbang hari Senin, yakni Rp 9.161 per dollar AS.

Selain melonjaknya inflasi, kenaikan harga BBM juga dipastikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yang melambat menjadi 6,3-6,7 persen. Pada 2011, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen.

Dengan stimulus yang tepat, pertumbuhan ekonomi diyakini akan berada di tengah kisaran 6,3-6,7 persen itu. Melambatnya pertumbuhan ekonomi berdampak pada turunnya pertumbuhan kredit perbankan. Per Desember 2011, kredit perbankan tumbuh 24,5 persen dibandingkan dengan Desember 2010.

BI memperkirakan, laju inflasi pada bulan Maret ini masih rendah, yakni sekitar 0,1 persen. Pengaruh rencana kenaikan harga premium belum terlihat.

”Sampai minggu ketiga bulan Maret, inflasi rendah sekali, sekitar 0,08 persen. Jadi, sampai akhir bulan sekitar 0,1 persen,” kata Darmin.

Ekonom Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Mirza Adityaswara, menyebutkan, proses politik yang lama dan berbelit-belit dalam memutuskan besaran subsidi energi telah meningkatkan biaya ekonomi. Apa pun keputusan politik mengenai subsidi BBM, inflasi bulan Maret dan April sudah meningkat.

Ekonom Universitas Gadjah Mada, A Tony Prasetiantono, memperkirakan inflasi Maret ini 1 persen sehingga laju inflasi tahunan Maret 2011-Maret 2012 sebesar 4,5 persen. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com