Jakarta, Kompas
Pekan lalu rupiah bergerak flat pada kisaran Rp 9.280-Rp 9.485 per dollar AS. Ketatnya pengawalan Bank Indonesia terhadap rupiah memang menyebabkan rupiah tidak terlalu berfluktuatif, tetapi cenderung memangkas cadangan devisa nasional hingga ke level 111,53 miliar dollar AS.
Di pasar modal, penjualan bersih (
Selain menjual saham-saham yang dikuasainya, investor asing juga mengurangi kepemilikan di obligasi pemerintah dari posisi Rp 224,5 triliun menjadi Rp 223,05 triliun per 5 Juni. Kondisi ekspor impor nasional pun terus menurun seiring memburuknya perekonomian global. Bahkan data neraca perdagangan Indonesia pun anjlok hingga mengalami defisit senilai 641 juta dollar AS.
Analis BNI Treasury, Klara Pramesti, menyatakan, kuatnya sentimen negatif Eropa ikut berperan dalam melemahkan rupiah. Level
Status Yunani yang masih belum jelas membuat mata uang dengan risiko tinggi kehilangan arah. Hal ini juga diperparah oleh kondisi kesehatan fiskal Spanyol dan sistem perbankannya, meskipun ditengarai zona euro terus berjuang mempertahankan Yunani untuk tetap berada di kawasannya.
”Pemilu Yunani yang semakin dekat berpeluang menahan aksi
Rencana lelang penjualan surat berharga syariah negara dengan target indikasi sebesar Rp 1 triliun dinilai Klara berpeluang menghambat depresiasi rupiah. Pelaku pasar juga menantikan realisasi penerbitan fasilitas term deposit valas hingga diharapkan mampu mengurangi pelemahan rupiah.
Dukungan pemerintah kepada kondisi perekonomian nasional terus dilakukan melalui penciptaan stabilitas moneter yang memunculkan indikasi bertahannya rupiah.