Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Lembah Baliem Kurang Diminati Turis Domestik

Kompas.com - 29/07/2012, 15:44 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berapa festival di Indonesia yang Anda tahu atau pernah dikunjungi? Indonesia dengan beragam adat istiadatnya memunculkan beragam festival dengan membawa keunikan dan ciri khas daerah masing-masing yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Salah satunya Festival Budaya Lembah Baliem. Festival Budaya Lembah Baliem merupakan perayaan khas Suku Dani, Papua. Festival ini diselenggarakan di sekitar kaki pegunungan Jayawijaya yang disebut Lembah Baliem.

"Festival ini sangat menarik bukan hanya untuk nasional, tetapi juga untuk dunia internasional," ungkap Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, dalam jumpa pers persiapan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2012 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta (27/7/2012).

Bahkan, lanjutnya, banyak biro perjalanan wisata asal Eropa yang memasukkan Festival Budaya Lembah Baliem sebagai salah satu festival yang dijual oleh mereka. Dalam festival ini wisatawan yang datang disajikan keunikan atraksi dari masyarakat setempat berupa perang-perangan, tari-tarian, nyanyian adat, serta tak lupa hasil kerajinan tangan masyarakat.

"Teman-teman wisatawan luar negeri berkata 'Kami sudah pernah mengunjungi belahan dunia lain, namun yang seperti ini tidak akan ada dibelahan dunia lain',"ungkap Bupati Kabupaten Jaya Wijaya Wempi Wetipo.

Selain beragam atraksi masyarakat setempat, wisatawan juga dimanjakan dengan keindahan alam Lembah Baliem dengan deretan pegunungan, danau, sungai, pasir putih, dan yang terpenting salju yang berasal dari pegunungan Jaya Wijaya.

"Kita tidak ada pantai seperti ada di tempat lain, karena kita pegunungan. Tetapi yang tidak kalah menariknya di sana ada salju abadi," kata Wempi.

Menurut Wempi, pada tahun lalu wisatawan yang hadir dalam festival ini sekitar 500 orang dan kebanyakan dari mereka adalah turis asing. Sangat jarang wisatawan domestik yang datang mengunjungi festival ini.

"Saya tidak tahu mengapa demikian, barangkali wisatawan domestik tidak terlalu tertarik atau kalaupun datang tetapi tidak tepat pada saat festival berlangsung," tuturnya.

Salah satu alasan yang membuat wisatawan nusantara jarang mengunjungi festival ini adalah masalah keamanan. Sebab, ungkap Wempi, selama ini banyak pemberitaan yang menginsyaratkan seolah-olah Papua tidak aman untuk dikunjungi dengan adanya berbagai kerusuhan.

"Soal keamanan saya berani jamin yang datang ke festival ini datang dengan selamat, pulang juga dengan selamat. Silahkan datang kapan saja, tidak hanya pada saat festival," tegas Wempi.

Semenentara itu, Sapta menuturkan untuk melihat sesuatu yang unik dibutuhkan suatu usaha. Salah satunya adalah mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan perjalanan ke Papua.

"Soal melihat sesuatu yang unik itu soal effort. Mungkin makanya itu kenapa lebih banyak orang luar yang datang ke festival," katanya.

Festival Budaya Lembah Baliem akan berlangsung di Desa Wosi, Distrik Wosilimo, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada tanggal 8-11 Agustus 2012 mendatang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com