Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Prokedelai Indonesia

Kompas.com - 31/07/2012, 02:31 WIB

Mutagen kimia dipilih yang memiliki gugus alkil, seperti etil metan sulfonat (EMS) dan metil metan sulfonat (MMS). Mutagen fisika berupa radiasi nuklir sinar beta dan gamma.

Proses penyinaran menimbulkan ionisasi yang mengurai molekul sehingga mengganggu proses pembelahan sel dan berefek fisiologis. Perlakuan ini menghasilkan variasi genetik baru dan diwariskan pada generasi berikutnya.

Dari variasi yang muncul, kemudian dipilih yang memiliki sifat yang diinginkan. Mutasi bertujuan mendapatkan varietas unggul berproduktivitas tinggi, umur genjah, tahan hama, dan toleran terhadap cekaman abiotik (salinitas/kadar garam tinggi, kering, dan masam).

Aplikasi nuklir untuk teknik mutasi kedelai dirintis di PATIR Batan sejak 1980. Untuk memperbaiki sifat varietas terdahulu dilakukan teknik iradiasi (atau meradiasi obyek pada satu fokus) pada benih kedelai varietas lama, yaitu Orba dan Guntur. Iradiasi menggunakan sinar gamma Cobalt 60 dengan dosis radiasi 150 Gray, kata pemulia kedelai di PATIR Batan, Harry Is Mulyana.

Dari iradiasi itu dihasilkan varietas Muria, Tengger, dan Meratus yang lebih produktif, yakni 1,4-1,8 ton per hektar dan tahan penyakit karat daun (Phakospora pachirhyzi Syd). Hasil penelitian ini dilepas ke petani pada 1987, 1991, dan 1998.

Setelah itu dihasilkan Rajabasa pada tahun 2004, yang produktivitasnya 2,05 ton per hektar, berbiji besar, serta toleran di lahan kering dan masam. Pada tahun 2008, keluar varietas Mitani yang tahan hama Aphis dan berprotein tinggi. Dua varietas ini paling banyak dibudidayakan petani, ungkap Harry.

Penelitian Batan belakangan ini lebih diarahkan untuk memperbaiki kualitas dan ukuran biji, meningkatkan kandungan gizi untuk memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Varietas biji besar yang dihasilkan tahun 2010 adalah Mutiara 1. Varietas ini banyak diminati perajin tahu. Kedelai superbesar ini berbobot 23,3 gram per 100 biji melebihi kedelai Amerika yang berbobot 18 gram per 100 biji.

”Batan tahun ini akan melepas varietas supergenjah yang bisa dipanen setelah 65 hari. Selama ini kedelai paling cepat dipanen setelah 70 hari,” kata Sobrizal, Kepala Bidang Pertanian Batan.

Masalah nonteknis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com