Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2012, 13:44 WIB

KOMPAS.com - Sudah banyak penelitian membuktikan bahwa rokok bisa membahayakan tubuh manusia. Namun di mata para penikmatnya, rokok adalah teman yang sulit dilupakan.

Nikotin dalam rokok menyebabkan efek kecanduan serta perasaan menyenangkan bagi penghisapnya. Saat rokok dihisap, nikotin bekerja seolah-olah memberikan rasa rileks, nyaman, dan terus memiliki keinginan kembali merokok.

Namun tahukah Anda bahwa kebiasaan merokok 20 batang sehari berisiko menimbulkan pendarahan otak hampir tiga kali lipat. Mereka yang telah berhenti dari kebiasaan ini tetap memiliki risiko pendarahan di otak dua kali lipat. Ini merupakan temuan sebuah penelitian di Korea Selatan yang menyelidiki 426 kasus pendarahan otak atau subarachnoid haemorrhage (SAH) antara tahun 2002 - 2004.

Subarachnoid haemorrhage (SAH) terjadi ketika ada tonjolan pada pembuluh arteri yang disebut aneurisma. Tonjolan ini kemudian pecah dan bocoran darahnya sampai ke otak. Peluang seseorang untuk bertahan hidup setelah mengalami pendarahan ini hanya 50 persen. Mereka juga berpotensi menghadapi cacat permanen seumur hidup.

Dalam risetnya, para peneliti mengamati 426 orang dengan kasus pendarahan otak, dan 426 orang lain yang tidak mengalaminya. Dua kelompok ini dibandingkan sesuai usia dan jenis kelaminnya. Peneliti menemukan, risiko mengalami pendarahan di otak akan semakin meningkat dengan semakin banyak rokok yang dihisap.  Setelah mempertimbangkan beberapa faktor seperti asupan garam, berat badan, dan riwayat diabetes dalam keluarga, riset menyimpulkan bahwa kelompok perokok rata-rata berisiko 2,8 kali lebih tinggi dibanding non perokok.

Perokok yang telah berhenti setidaknya lima tahun, berkurang risikonya hingga 59 persen. Sedangkan mantan perokok berat dengan frekuensi merokok cukup sering lebih dari 20 batang sehari masih berisiko 2,3 kali terkena pendarahaan otak.

Tim peneliti yang diketuai dr. Chi Kyung Kim dari Seoul Seoul National University Hospital, dalam Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry menyatakan risetnya telah menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko SAH. "Kami menyerukan agar orang segera berhenti merokok supaya mencegah peristiwa tragis SAH," ujarnya.

Sebelumnya, dalam sebuah penelitian kecil, risiko aneurisma pada mantan perokok akan menghilang setelah 10 -15 tahun. Namun, hasil ini dianggap terlalu terbatas untuk ditarik kesimpulan. Penelitian ini diperjelas oleh  tim peneliti Chi Kyung Him, bahwa kebiasaan merokok memicu pendarahan di otak meskipun bagi mantan perokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com