Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Hijau: dari Egosentris ke Ekosentris

Kompas.com - 18/09/2012, 02:04 WIB

Ekonomi hijau

Konsep ekonomi hijau yang digelindingkan UNEP dipahami sebagai upaya ekonomi yang menjamin hidup manusia dan keadilan sosial sekaligus meminimalkan dampak buruk ekologis serta kelangkaan sumber daya alam. Target yang mau disasar adalah sistem ekonomi dengan emisi karbon rendah, efisiensi sumber daya alam, dan terjaminnya kehidupan sosial.

Ekonomi hijau diharapkan bisa menjembatani dua wajah tadi. Dengan demikian, ke depan, dampak buruk sistem ekonomi yang ada sekarang tidak lagi terjadi atau setidaknya minimal. Konsep ini memunculkan lagi wajah ekonomi yang ekosentris.

Sejauh mana ekosentris? Inilah pertanyaan besarnya. Juliet Schor (dalam bukunya Plenitude: The New Economics of True Wealth. 2010) secara tidak langsung menjawab pertanyaan ini. Ia menyebutkan, ekonomi hijau masih dalam kategori business as usual (BAU), tidak ada perubahan.

Pertama, ekonomi hijau masih mengejar keuntungan dalam ukuran klasik, yaitu lebih bersifat finansial. Kedua, ekonomi hijau masih dilihat dalam sistem ekonomi makro. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa ekonomi hijau belum jauh beranjak dari egosentrisme. Ekosentrisme masih sebatas cakrawala, belum menjadi fokus dan prioritas.

Schor, yang menulis dalam (dan sebenarnya juga ”untuk”) konteks masyarakat Amerika Serikat memberi usulan yang lebih radikal dan aplikatif. Usulannya didasarkan pada dua pengandaian dasar.

Pertama, dinamika ekonomi yang ekologis harus melibatkan setiap pribadi. Gaya dan pola hidup pribadi juga perlu diubah. Dengan dasar ini, ia mengusulkan dua prinsip penting, yaitu merevisi alokasi waktu dan lebih menghargai karya sendiri.

Perbesar waktu luang

Menurut Schor, perlu mengurangi jam kerja dan menambah waktu luang setiap orang agar punya waktu juga untuk membenahi alam dan kohesi sosial. Dengan kedua prinsip ini, ketergantungan orang pada dinamika pasar akan berkurang sehingga pola produksi dan konsumsi juga berubah.

Kedua, kekayaan hidup yang dikejar oleh ekonomi bukan hanya harta materi dan perbaikan finansial, melainkan juga waktu luang, lingkungan yang baik, dan relasi sosial yang juga baik. Itulah ”true wealth” yang dimaksudnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com