Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 18/10/2012, 04:20 WIB

Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Forum Dialog Kerja Sama Asia (ACD) di Kuwait memberikan harapan baru bagi upaya pemberantasan kemiskinan di Asia.

Upaya pemberantasan kemiskinan dan percepatan pembangunan memang tergolong mendesak di banyak negara Asia. Ratusan juta orang di kawasan Asia hidup di bawah garis kemiskinan. Jika tindakan konkret tidak segera diambil, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan di sejumlah negara Asia dikhawatirkan akan memburuk.

Selama ini persoalan kemiskinan dan keterbelakangan di sejumlah negara Asia sering sekali dikeluhkan, tetapi umumnya tidak sampai mendorong upaya konkret untuk mengatasinya. Pertemuan puncak ACD yang pertama pekan ini di Kuwait menciptakan harapan baru karena sampai mengusulkan pengumpulan dana. Tuan rumah KTT, Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, mengusulkan alokasi dana 2 miliar dollar AS.

Kuwait menyiapkan 300 juta dollar AS dan sisanya diharapkan berasal dari kontribusi 31 negara anggota ACD lainnya. Dana itu, sebagaimana disampaikan Emir Kuwait pada pidato pembukaan KTT, akan digunakan untuk membiayai proyek pembangunan dan pemberantasan kemiskinan, khususnya untuk negara-negara Asia non-Arab.

Negara-negara Asia Arab relatif tidak terlalu direpotkan oleh persoalan kemiskinan karena mendapat limpahan dana dari penjualan minyak. Sungguh menarik pula gagasan pengumpulan dana datang dari negara Arab seperti Kuwait. Selama ini sering muncul gugatan, kenapa tidak ada kepedulian kolektif tingkat regional untuk menyelesaikan isu kemiskinan dan keterbelakangan.

Setiap negara terkesan asyik dengan urusannya sendiri tanpa peduli terhadap kondisi masyarakat di negara-negara tetangga. Sebagian negara memang mampu memacu kemajuan, bahkan menghapus kemiskinan. Namun, tidak sedikit negara Asia yang tetap terjebak dalam kemiskinan dan keterbelakangan karena proses penyelenggaraan negara yang tidak efektif dan efisien. Sebagian dana habis dikorupsi, membuat proses pembangunan terhambat.

Hampir tak terelakkan, tingkat kemajuan negara-negara di kawasan Asia berbeda-beda, bahkan dalam beberapa aspek tampak sangat kontras. Dalam lingkungan ASEAN saja, misalnya, tingkat kemajuan 10 negara anggota sangatlah berbeda. Kesenjangan kemajuan itu tidak hanya menimbulkan persoalan domestik bagi negara yang kurang maju, tetapi juga memengaruhi dinamika perkembangan kawasan secara keseluruhan. Perbedaan kemajuan sering menciptakan sensitivitas dalam hubungan bertetangga.

Masuk akal jika program ACD disambut positif dalam upaya mempercepat pemberantasan kemiskinan dan mendorong pembangunan di sejumlah negara Asia. Momentumnya juga tepat karena saat ini Asia disebut sebagai salah satu pusat utama pertumbuhan ekonomi dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Whats New
Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Spend Smart
Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Whats New
Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Whats New
Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Whats New
Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Whats New
KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

Whats New
Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Whats New
Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Whats New
OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

Whats New
SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

Whats New
Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Whats New
Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Whats New
Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Whats New
Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com