Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Bagikan Buku Tolak Kenaikan TDL

Kompas.com - 23/10/2012, 15:27 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Fraksi PDI Perjuangan menyuarakan penolakannya terhadap rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Salah satu bentuk penolakan yang dilakukan adalah dengan memberikan buku saku berwarna merah berisi alasan penolakan kenaikan tarif. Buku itu diberikan kepada para anggota dan tamu yang menghadiri Rapat Paripurna DPR, Selasa (23/10/2012).

Pemberian buku itu bertepatan dengan pengasahan RUU APBN yang didalamnya menyebutkan klausul tentang penghematan subsidi TDL yang secara tidak langsung merupakan rencana kenaikan TDL. Menurut PDI-P, dalam buku itu, kekurangan dana PLN karena operasional BUMN tersebut yang boros. Fraksi PDI Perjuangan berpendapat, jika PLN diurus dengan baik, TDL tidak perlu naik.

Bukti-bukti bahwa PLN salah urus yang disampaikan PDI Perjuangan adalah temuan audit BPK pada 16 September 2011 di PLN, bahwa PLN gagal menyediakan gas sebagai bahan bakar pembangkit sesuai target. Akibatnya, PLN mengganti kekurangan gas dengan solar yang lebih mahal. PLN juga dinilai gagal memenuhi kebutuhan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik sesuai target, terutama untuk PLTU percepatan 10.000 megawatt. Selain itu, audit BPK menunjukkan PLN gagal memenuhi kebutuhan panas bumi untuk pembangkit listrik sesuai target. Hal-hal itu dinilai menyebabkan pembangkit listrik PLN tidak efisien alias boros sehingga biaya membengkak.

PDI Perjuangan juga menolak klaim pemerintah bahwa kenaikan TDL akan menghasilkan pendapatan bagi pemerintah senilai Rp 14,89 triliun. Sebab, pendapatan itu tidak sebanding dengan kerugian negara akibat salah urus PLN yang mencapai Rp 37,6 triliun pada 2009 dan 2010, ditambah Rp 767,87 miliar sesuai temuan BPK 2012. Penolakan ini juga sempat dilontarkan dalam rapat paripurna. Namun, karena hanya menjadi satu-satunya partai yang menolak, akhirnya paripurna mengesahkan RUU APBN tahun anggaran 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pesawat SQ321 Alami Turbulensi, Ini Kata CEO Singapore Airlines

    Pesawat SQ321 Alami Turbulensi, Ini Kata CEO Singapore Airlines

    Whats New
    10 Daerah Penghasil Karet Terbesar di Indonesia

    10 Daerah Penghasil Karet Terbesar di Indonesia

    Whats New
    5 Dekade Hubungan Indonesia-Korsel, Kerja Sama Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi Meningkat

    5 Dekade Hubungan Indonesia-Korsel, Kerja Sama Industri, Perdagangan, dan Transisi Energi Meningkat

    Whats New
    Negara Penghasil Karet Terbesar Ketiga di Dunia Adalah Vietnam

    Negara Penghasil Karet Terbesar Ketiga di Dunia Adalah Vietnam

    Whats New
    OJK Cabut Izin BPR Bank Jepara Artha di Jawa Tengah

    OJK Cabut Izin BPR Bank Jepara Artha di Jawa Tengah

    Whats New
    Efek Taylor Swift, Maskapai Catat Lonjakan Perjalanan Udara ke Eropa

    Efek Taylor Swift, Maskapai Catat Lonjakan Perjalanan Udara ke Eropa

    Whats New
    Bukan Hanya Bitcoin, Aset Kripto 'Alternatif' Juga Kian Menguat

    Bukan Hanya Bitcoin, Aset Kripto "Alternatif" Juga Kian Menguat

    Whats New
    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

    Whats New
    Kemenhub Sebut Kenaikan TBA Tiket Pesawat Tunggu Momen yang Tepat

    Kemenhub Sebut Kenaikan TBA Tiket Pesawat Tunggu Momen yang Tepat

    Whats New
    Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

    Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

    Whats New
    Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Whats New
    Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

    Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

    Whats New
    Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

    Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

    Whats New
    Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

    Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

    Whats New
    Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

    Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com