Tokyo, Jumat -
Temuan itu mengindikasikan, PLTN Dai-ichi masih mengeluarkan polusi bahan nuklir. Data itu diungkapkan ahli kimia laut AS, Ken Buesseler, pada Jurnal Science. Tingkat kontaminasi cesium (Cs) melampaui batas yang diizinkan Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang (MIFFA), yaitu 100
Menurut Buesseler ada dua sumber kontaminasi. ”Kebocoran ke laut, dari air tanah dari bawah Fukushima, dan kontaminasi di sedimen lepas pantai,” ujarnya kepada BBC News, Jumat (26/10), di Tokyo. ”Ini bersifat jangka panjang dan butuh pemantauan berpuluh tahun.”
Biasanya kandungan Cs tak tinggal pada jaringan tubuh ikan laut. Masih terdeteksinya Cs pada tubuh ikan berarti sumber polusi masih ada.
Diduga Cs terakumulasi di sedimen di dasar laut, pada cacing, dan binatang lunak lain yang hidup di sedimen laut. ”Seperti kepiting dan kerang di dasar laut yang memakan partikel. Akumulasi Cs meningkat karena mereka hidup di dasar laut,” ujarnya.
Sejak kebocoran, setiap bulan dibuat laporan rinci tentang tingkat kandungan Cs pada ikan dan produk laut lain. Kandungan Cs berbeda-beda pada tiap jenis ikan. Tingkat kontaminasi menentukan berapa lama aktivitas perikanan di tempat itu ditutup.
Yang mengkhawatirkan, menurunnya konsentrasi Cs di perairan tak diikuti menurunnya kontaminasi Cs pada ikan. ”Fakta tak ada penurunan signifikan kontaminasi pada ikan mengisyaratkan ikan ini terpapar pada suplai Cs yang konstan,” ujar Nicholas Fisher, ahli kelautan dari Stony Brook University di New York. Kelompoknya mendeteksi Cs turunan dari Fukushima berjumlah kecil pada ikan tuna sirip biru di pantai California.