Kepala PT KAI Daop I Bambang Eko Martono mengatakan, selain faktor alam dan eksternal, ada pula peran ketidakandalan peralatan yang membuat gangguan lebih mudah terjadi. ”Gangguan akibat petir, misalnya, lebih mudah terjadi karena sistem penangkal yang belum sempurna serta persinyalan yang sudah tua usianya,” tutur Bambang.
PT KAI tengah menunggu hasil studi dari Institut Teknologi Bandung tentang sistem proteksi petir, terutama di lintas Bogor yang memiliki frekuensi dan kekuatan sambaran petir tinggi.
Ditargetkan, pada awal April akan ada sistem proteksi baru yang bisa lebih tahan akan sambaran petir. Sistem proteksi baru ini akan diterapkan di Stasiun Bogor, diikuti sejumlah stasiun lain di lintas KRL.
Manajer Senior Persinyalan dan Telekomunikasi PT KAI Daop I Roni Komar mengatakan, pencurian di sepanjang pelintasan kereta juga berkontribusi atas gangguan perjalanan kereta. Salah satu yang kerap dicuri adalah bahan tembaga yang ada pada kabel penghantar listrik. Sebagai antisipasi, sejumlah tembaga diganti dengan aluminium atau baja. Padahal, bahan pengganti ini memiliki kekuatan yang tidak sepadan dengan tembaga.
Bila terjadi penambahan frekuensi perjalanan kereta, kualitas kabel yang bukan tembaga akan menjadi salah satu persoalan.