Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman PHK di Industri Tekstil

Kompas.com - 28/11/2012, 11:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Kenaikan upah buruh tahun depan bisa berbuntut panjang. Bila industri padat karya tidak bisa menjaga marjin usaha,  pemutusan kerja bisa terjadi tahun depan.

Sebagai salah satu sektor yang padat karya, industri tekstil kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy, pemutusan hubungan kerja menjadi salah satu opsi bila kenaikkan upah buruh terjadi di daerah Jabodetabek. "Ini terpaksa menjadi salah satu opsi selain merubah orientasi bisnis dari produsen menjadi importir," katanya kemarin.

Menurutnya beberapa perusahaan tekstil dan produk tekstil multinasional menghitung pengeluaran biaya (cashflow) perusahaan terhadap kenaikan upah buruh. Hasilnya mereka harus mengurangi tenaga kerja hingga 100.000 pekerja supaya tetap bisa menjaga marjin. "Itu baru dari perusahaan asing," ujarnya.

Padahal industri tekstil merupakan salah satu industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. Tahun lalu, jumlah pekerja di industri tekstil domestik mencapai 1,4 juta pekerja.

Lantaran membutuhkan banyak tenaga kerja, kenaikkan upah buruh menjadi isu sensitif bagi keberlangsungan  industri tekstil nasional. Di sektor hulu, upah buruh memberi kontribusi sekitar 13,3 persen dari total biaya produksi. Imbasnya, bisa menaikkan biaya bahan baku yang dibutuhkan oleh industri tekstil hilir seperti garmen.

Kondisi ini masih ditambah dengan beban upah buruh yang lebih besar di sektor garmen. Karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja, kontribusi beban biaya upah buruh terhadap total biaya produksi garmen bisa mencapai 27,1 persen.

Belum lagi kenaikkan biaya energi tahun depan, sehingga secara keseluruhan, harga tekstil dan produk tekstil di pasaran bisa meningkat hingga 15,3 persen. Namun pelaku industri berusaha tidak menaikkan harga setinggi itu. Pasalnya bisa kalah bersaing dengan produk impor. Saat ini, tekstil dan produk tekstil nasional baru mengisi sekitar 46 persen dari pasar tekstil domestik. "Jadi yang paling rasional adalah mengurangi tenaga kerja," paparnya,

Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan kenaikan upah buruh berpotensi menurunkan daya saing industri alas kaki nasional. Pasalnya, saat ini para pembeli (buyers) dari Eropa sedang mempertimbangkan mengalihkan pesanan antara Indonesia dan Vietnam setelah mengurangi pesanan ke produsen sepatu China.

Menteri Perindustrian MS Hidayat berjanji bakal membicarakan masalah upah buruh ini dalam rapat kabinet dan pengusaha supaya bisa menemukan pemecahan terbaik. (Tendi Mahadi/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bank Mandiri Imbau Nasabah Hati-hati Terhadap Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah

    Bank Mandiri Imbau Nasabah Hati-hati Terhadap Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah

    Whats New
    IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

    IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

    Whats New
    Berapa Denda Telat Bayar Listrik? Ini Daftarnya

    Berapa Denda Telat Bayar Listrik? Ini Daftarnya

    Whats New
    Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

    Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

    Spend Smart
    Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Work Smart
    Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

    Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

    Whats New
    Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

    Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

    Whats New
    IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    Earn Smart
    Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

    Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

    Whats New
    Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

    Work Smart
    Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

    Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

    Whats New
    Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

    Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

    Whats New
    BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

    BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

    Whats New
    [POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

    [POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com