Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenangan Obama dan Ekonomi AS

Kompas.com - 29/11/2012, 10:51 WIB

oleh : Apressyanti Senthaury

KOMPAS.com - Sorak-sorai kemeriahan pesta kemenangan terpilihnya kembali Obama telah mereda. Negara beribukota di Washington D.C. itu akhirnya sekali lagi memantapkan pilihannya untuk kedua kalinya pada pria keturunan Afrika-Amerika pertama yang menjadi pimpinan tertinggi Amerika Serikat.

Kini, pantauan pasar global lebih tertuju kepada pelaksanaan komitmen Presiden AS ke-44 selaku pemimpin di negara dengan perekonomian terbesar dunia. Apalagi, kecamuk problema ekonomi negara yang berbatasan langsung dengan dua samudra (Samudra Atlantik dan Pasifik) disinyalir telah membawa dampak negatif buat perekonomian global. Padahal, dunia masih diselimuti berbagai persoalan yang membebani.

Mulai dari krisis utang Eropa yang berkepanjangan, perlambatan ekonomi global, hingga pemulihan ekonomi dunia yang terkendala semua permasalahan. Sudah pasti terbayangkan betapa beratnya beban yang bakal dipikul oleh seorang Obama?

Belenggu problema ekonomi
Menelusuri sumber masalah yang membebani Negeri Paman Sam, baiknya kita simak perjalanan sejarah negara yang pernah dipimpin oleh lebih dari 40 presiden itu hingga saat ini. Menurut catatan sejarah, negara yang merayakan hari kemerdekaannya setiap tanggal 4 Juli itu terbentuk dari belasan koloni Britania Raya yang melepaskan diri. Selama ribuan tahun suku Indian-lah yang diketahui sebagai penduduk asli Amerika.

Keadaan itu berlangsung jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa. Selain peperangan dengan para pendatang, wabah penyakit diduga sebagai penyebab penurunan drastis populasi Indian di Amerika. Walau kini, AS terkenal dengan keragaman populasi dengan bermacam persoalannya.

Beralih ke kondisi saat ini, siapa tak kenal Amerika Serikat? sebuah negara adidaya yang terletak di kawasan Benua Amerika dan memiliki luas wilayah hingga mencapai lebih dari 9 juta km2. Kemajuan negara yang termahsyur dengan Patung Liberty-nya itu telah membuatnya menjadi tujuan bagi para imigran dari berbagai penjuru negeri. Bahkan, sampai dengan saat ini, negara pimpinan Obama ini menjadi salah satu negara dengan kekayaan etnis dan kultur yang beraneka ragam di tengah problematika yang cukup kompleks dibandingkan negara-negara besar lainnya.

Walaupun begitu, imbas problema ekonomi yang membelit Amerika telah membuatnya terpuruk. Parahnya, kondisi ini ditengarai menjadi salah satu penyebab semakin anjloknya perekonomian global. Bagaimana tidak, dengan jumlah penduduk 300 juta jiwa lebih, Negeri Liberty tentu mampu menggerakkan roda ekonomi dunia melalui konsumsinya.

Terbukti dari kian gencarnya produk dari negara-negara lain masuk ke negara yang terdiri dari 50 negara bagian dan satu distrik federal ini. Entah dalam bentuk bahan-bahan mentah maupun barang jadi. Kita lihat saja Jepang, sepanjang tahun 2012 (Januari – Agustus) ini, tercatat bahwa Negeri Matahari Terbit itu mampu menaikkan kinerja ekspornya ke negeri Paman Sam hingga ke angka 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara China dan Korea Selatan, masing-masing berhasil mencapai nilai 10 persen dan 6,1 persen. Padahal, kesiagaan perlambatan ekonomi Amerika sempat memicu indikasi peralihan dari AS ke India dan China.

Namun demikian, seiring berjalannya waktu, perlu diantisipasi oleh para partisipan pasar bahwa, kompleksitas persoalan ekonomi AS haruslah segera diwaspadai. Bukan hanya dari aspek ekonomi tapi juga aspek-aspek penting lainnya. Seperti industri, perumahan, atau pun sektor konsumer.

Sinyal hold rate Bank Sentral AS di level super rendah 0,25 persen hingga pertengahan tahun 2015 mendatang pun seharusnya menjadi warning awal bagi investor mengenai bagaimana kondisi Amerika.

Sudah pasti hantaman krisis finansial beberapa tahun silam yang telah memukul negara yang memiliki New York sebagai kota terbesarnya itu cukup mempunyai andil besar.

Walaupun di sisi lain, kuatnya dominasi dollar AS di hadapan mata uang asing lainnya di dunia masih turut menopang perekonomian negara Amerika di tengah kentalnya ketidakpastian yang membayangi ekonomi dunia. Hal inilah yang berpotensi mengokohkan posisi The Big Dollar, mengingat mata uang dollar AS merupakan salah satu safe-haven assets. Yaitu suatu strategi yang dipilih oleh pelaku pasar demi amankan portofolionya dengan cara mengkoleksi mata uang dollar AS.

Tentu saja karena mata uang dollar AS juga diterima oleh semua pihak dalam hal perdagangan internasional. Bahkan di beberapa negara, US currency itu dijadikan alat untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi, mengingat adanya peluang perbedaan (kenaikan/penurunan) kurs.

Amerika di tangan Obama
Jelang akhir tahun 2012, Amerika kembali menjadi menyita perhatian seluruh pelaku pasar dari segenap penjuru dunia. Apalagi dengan terpilihnya kembali Obama selaku Presiden AS. Siapa yang tak tahu mengenai Obama? Keturunan kulit hitam pertama yang mampu mempertahankan tampuk kekuasaan hingga 2 periode mendatang. Meski, tanggung jawab besar telah menanti putra Ann Dunham, seorang keturunan Amerika itu selama masa kepemimpinannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com