Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Daging Sapi di Pasar Anyar Bahari Merugi

Kompas.com - 14/12/2012, 17:39 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya peredaran bakso berbahan daging babi hutan tidak hanya merugikan para pedagang bakso. Pedagang daging sapi pun ikut terkena imbasnya karena konsumen mulai menghindari membeli daging sapi.

Hal itu terjadi di Pasar Anyar Bahari, Jalan MHT, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setelah petugas Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara menemukan adanya daging babi di tempat penggilingan daging bakso di belakang Pasar Anyar Bahari, permintaan akan daging sapi di pasar tersebut mulai menurun. Munculnya pemberitaan di media tentang daging oplosan di tempat penggilingan tersebut semakin menyudutkan posisi pedagang daging.

Kepala Pasar Anyar Bahari Eko Purwanto menyatakan, hal tersebut tentu merugikan dan menyebabkan konsumen yang datang untuk membeli daging sapi di dalam pasar menjadi menurun. "Dampak informasi, yang saya dapat dari para pedagang, cukup signifikan. Mereka mengalami penurunan 30 sampai 40 persen," kata Eko, Jumat (14/12/2012).

Eko mengatakan, daging sapi yang dijual oleh para pedagang di pasar teresbut murni daging sapi dan telah melalui pemeriksaan dan pengawasan Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara. "Sebulan dua kali dilakukan pengambilan sampel. Sudah lama itu, dua sampai tiga tahun. Intinya pedagang kami murni daging sapi. Tidak ada pedagang babi yang jualan juga di sini," ujar Eko.

Mumu (43), seorang pedagang daging sapi di dalam pasar, mengaku bahwa bukan cuma isu daging babi yang membuat pedagang di sana merugi, melainkan harga daging yang terlampau tinggi yang membuat pembeli yang ada saat ini menurun.

"Sehari biasanya kita ambil 260 kilogram (dari satu ekor sapi) bisa langsung habis. Tapi sekarang enggak habis sehari saja. Paling setengahnya saja, 150 kilogram sehari. Sisanya kita stok ditaruh di es buat besok baru habis," kata Mumu.

Mumu menuturkan, para konsumen biasa membeli daging di tempatnya untuk berjualan bakso. Dalam sehari, omzet yang didapatkan pedagang daging sapi di tempat teresbut mencapai Rp 18 juta. Namun, jumlah itu menurun dan kini hanya sekitar Rp 14 juta.

Seorang pedagang daging sapi lainnya, Fahruloji (50), mengungkapkan, pembeli kemungkinan takut untuk membeli daging sapi saat ini. Selain mahalnya harga daging sapi, isu daging oplosan juga menjadi faktor menurunnya jumlah pembeli.

"Daging kita ambilnya di Karawaci atau di Cakung. Di sana kita ambil Rp 86.000 per kilogram. Paling dijual Rp 90.000 per kilogram daripada enggak dapat setoran. Sudah dua hari ini yang belanja jarang. Ya mungkin ketakutan ada daging itu (babi)," jelasnya. Ia menegaskan, di pasar tersebut tidak ada penjual daging sapi bercampur daging celeng. Semua daging sapi di tempat itu sudah diperiksa tadi pagi dan mendapat stiker khusus dari Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com