Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembangkan Pasar Domestik

Kompas.com - 23/12/2012, 03:05 WIB

Untuk pertama kali sejak menjadi raksasa ekonomi dunia, 15 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi China hanya tumbuh 7,8 persen. Biasanya ekonomi ”Negeri Tirai Bambu” ini tumbuh di atas 13 persen. Praktis, selama lebih dari satu dasawarsa, China menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Dengan pertumbuhan di bawah delapan persen pun, China masih yang tertinggi, disusul Indonesia dengan 6,7 persen.

Bagi Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi China sangat menakjubkan. Bukan apa-apa, besaran ekonomi China sudah amat besar, terkuat kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Negara seperti Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Rusia, dan Kanada sudah lama ditinggal di belakang. Selain itu, dengan cadangan devisa 3,255 triliun dollar AS, praktis China juga menjadi negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia.

Menjadi raksasa ekonomi dunia, rupanya tidak membuat para pemimpin China puas. Negeri ini melihat peluang meraih kinerja lebih baik masih terbuka lebar. Maka, kini China mencanangkan pertumbuhan ekonomi di atas delapan persen.

Bagaimana caranya? China menyadari bahwa untuk sementara Eropa dan Amerika Serikat tidak bisa diharapkan menjadi ladang ekspor mereka. Eropa sedang meradang oleh krisis ekonomi, sedangkan Amerika Serikat masih pening dengan ekonomi yang belum pulih. Daya beli negara-negara di kawasan itu amat menurun.

Ada beberapa cara yang paling manjur. Pertama, memberi perhatian pada upaya menggalakkan ekonomi domestik. Penduduk yang mencapai 1,4 miliar jiwa jelas bukan sedikit. Jumlahnya lebih banyak daripada populasi penduduk seluruh Eropa ditambah Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia. Jumlah yang demikian besarnya itu jelas menjadi potensi pasar yang menggiurkan.

Tidak heran Pemerintah China rajin mengajak rakyatnya berbelanja di dalam negeri. Belanja melalui online—populer disebut taobao—misalnya, kini luar biasa marak. Lewat sistem ini, warga cukup mengontak lewat internet, memilih barang juga lewat internet, lalu dalam beberapa hari barang yang dipesan tiba di rumah. Warga membayar sesuai harga plus ongkos kirim beberapa yuan. Belanja dengan cara ini menghemat perjalanan, irit bahan bakar, dan mengurangi kemacetan, terutama di kota-kota besar.

Taobao kini benar-benar merasuk ke sukma warga. Cara ini dipandang baik untuk memacu produk dalam negeri. Tidak heran kalau omzet taobao mencapai triliunan yuan per bulan.

Infrastruktur

Kedua, Pemerintah China memacu pertumbuhan ekonomi dalam negeri dengan cara membangun infrastruktur besar-besaran. Hingga tahun 2011, negeri komunis ini membangun infrastruktur dalam skala luar biasa. Jalan raya desa yang dibangun dan diperbaiki mencapai 190 ribu kilometer. Dibangun pula jalan raya tambahan sepanjang 71.400 kilometer dan jalan tol sepanjang 11.000 km.

Di China semua serba raksasa. Jika jalan raya di kota besar, seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, mencapai 8-11 lajur, hal itu dianggap lumrah. Maklum, penduduk tiap kota di atas 10 juta jiwa. Perekonomiannya pun sangat hebat.

Namun, kalau kota kelas dua, seperti Chengdu dan Shenyang, pun mempunyai jalan raya lebar delapan lajur, itu tidak biasa. Pemerintah China ingin semua serba terencana dan terkoordinasi. Jalan lebar dibangun untuk mengantisipasi kebutuhan warga yang terus bertambah.

Pembangunan infrastruktur dan belanja taobao merupakan dua cara efektif untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Langkah ini juga menciptakan lapangan kerja yang luas.

Apa yang dilakukan China juga dilakukan banyak negara, termasuk Indonesia. Negeri ini juga mengajak rakyatnya yang mampu untuk berbelanja proporsional di dalam negeri. Kebutuhan pokok yang dijual di luar negeri hampir seluruhnya ada di dalam negeri. Jadi, tidak perlu repot-repot belanja di luar negeri, apalagi kalau gaya berbelanjanya sangat kalap.

Indonesia pun giat dengan membangun infrastruktur. Namun, harus diakui skalanya amat jauh dibandingkan dengan apa yang dilakukan China. Kini bukan masalah skalanya yang amat kecil, yang berpotensi membuat kita kecil hati. Hal yang penting adalah bagaimana pemerintah meningkatkan anggaran pembangunan dalam anggaran pembangunan dan belanja negara. Tutup lubang korupsi, lebih optimalkan pajak, galakkan ekspor, kurangi impor, dan menekankan pada pemakaian produk dalam negeri.

Kita mampu. Jika sekarang hasilnya belum optimal, itu semata karena ikhtiar kita belum optimal (Abun Sanda)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com