Jember, Kompas -
Sejak tahun 2006-2010, konversi lahan produksi pertanian ke bidang lainnya di Jawa Timur tercatat hingga 200.000 hektar. Demikian diungkapkan Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur Apriyanto, di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember, Kamis (27/12).
”Jika hal itu dibiarkan terus terjadi, produksi pangan Jawa Timur bisa terganggu. Bahkan, juga ketahanan pangan nasional karena Jawa Timur merupakan provinsi yang menjadi penopang separuh dari stok pangan nasional,” ujarnya, menjelang penyerahan beras cerdas produksi Universitas Jember kepada masyarakat.
Oleh karena itu, lanjut Apriyanto harus ada diversifikasi atau penganekaragaman makanan dengan memanfaatkan kearifan lokal. Ia mencontohkan beras cerdas, yaitu makanan pengganti beras yang terbuat dari bahan dasar singkong atau dikenal dengan tepung
”Kita tak boleh terlena hanya dengan beras. Impor terigu kita juga sudah tinggi sampai 6 juta ton per tahun. Kita tidak ingin terpola dengan makanan dari produksi impor saja. Padahal, ketersediaan makanan kita cukup besar,” lanjut Apriyanto.
Menurut Ahmad Subagio, Jawa Timur merupakan lumbung padi nasional. ”Namun, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras yang sampai 133 kilogram per kapita per tahun menuntut kebutuhan beras yang tinggi pula. Tidak bisa hanya dengan beras saja,” katanya.
Untuk mengembangkan beras cerdas, kini dirikan pabrik tepung