Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemtan Batal Menambah Alokasi Impor Daging Sapi

Kompas.com - 01/02/2013, 11:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Pertanian (Kemtan) memastikan tidak akan menambah alokasi impor daging sapi pada tahun ini. Pemerintah menetapkan, impor daging sapi dan sapi bakalan selama 2013 seberat 80.000 ton setara daging, atau menyusut 13 persen dari 2012.

Menteri Pertanian Suswono menyatakan, pekan lalu, sudah mengirimkan surat kepada Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa untuk tidak lagi menambah kuota impor daging sapi. Alasannya, sejumlah daerah produsen daging menyatakan kesiapan menyuplai kebutuhan daging dalam negeri. "Kalau terkait impor daging, ini sebetulnya sudah selesai, termasuk kuotanya," kata Suswono di Jakarta, Kamis (31/1/2013).

Pernyataan Suswono itu keluar seiring dengan mencuatnya kasus dugaan suap terkait proses impor daging sapi yang melibatkan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq.

Sebelum kasus suap ini muncul, Kemtan memang membuka peluang menambah jatah impor daging sapi di 2013. Dalihnya, hingga kini harga daging sapi masih tinggi di pasaran. Itulah sebabnya, Kemtan siap menambah pasokan daging sapi meski melalui impor (KONTAN, 26 Januari 2013).

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan Syukur Iwantoro membenarkan bahwa Indoguna Utama adalah salah satu dari 67 perusahaan pengimpor yang mendapat jatah impor sapi dan daging sapi di tahun ini.

Indoguna mendapatkan jatah impor daging seberat 400 ton pada tahun ini. Akan tetapi, kelompok usaha yang terafiliasi dengan perusahaan tersebut memperoleh total jatah 2.540 ton.

Syukur meyakinkan, penetapan kuota impor daging sapi sesuai prosedur. Sebelum impor diputuskan, ada rapat koordinasi yang melibatkan Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Pertanian.

Setelah kuota impor ditetapkan, Kemtan akan bertemu Kementerian Perindustrian dan asosiasi pelaku usaha untuk menentukan kuota impor tiap-tiap perusahaan. "Kami membuat surat rekomendasi pemasukan (SRP) sesuai usulan Kementerian Perindustrian. Ada enam kriteria untuk mendapatkan SRP," kata Syukur.

Enam kriteria itu, antara lain, pengimpor memiliki kapasitas cold storage yang memenuhi syarat teknis. Kemudian, kinerja dan realisasi impor daging sapi. Pengalaman usaha dalam kegiatan impor daging seperti jaringan usaha, distribusi, dan tenaga kerja juga menjadi pertimbangan.

Syarat berikutnya adalah penyerapan sapi lokal atau daging sapi dari rumah potong hewan (RPH) lokal. Selanjutnya, pengimpor wajib memiliki alat angkut khusus daging dan industri pengolahan daging.

Syukur tak bisa memastikan bagaimana nasib kuota impor Indoguna setelah kasus suap mencuat. "Silakan koordinasi dengan Biro Humas Kementerian Pertanian," elaknya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi (Aspidi) Thomas Sembiring memastikan Indoguna Utama hingga kemarin masih melakukan aktivitas impor daging sapi beku. "Kita, kan, belum tahu apakah yang ditahan perusahaan atau individu," ungkap dia, kemarin. (Fitri Nur Arifenie, Yudho Winarto/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Whats New
    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Work Smart
    Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Whats New
    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Whats New
    Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Whats New
    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Whats New
    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Work Smart
    Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Whats New
    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

    Spend Smart
    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

    Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

    Work Smart
    Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

    Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

    Whats New
    SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

    SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com