Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit Perbankan Tahun 2012 Turun

Kompas.com - 13/02/2013, 09:29 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun 2012 sebesar 23,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 24,5 persen.

"Pertumbuhan kredit sepanjang 2012 sebesar 23,1 persen (yoy)," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Difi A Johansyah dalam siaran pers di Jakarta.

Pertumbuhan kredit sepanjang 2012 ini naik bila dibanding periode November 2012 yang sudah mencapai 22,3 persen (yoy). Meski sebenarnya pertumbuhan kredit di sepanjang akhir tahun ini dikhawatirkan sempat turun karena kondisi global belum pulih.

Pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2012 dikontribusikan dari kredit modal kerja yang naik 23,2 persen (yoy). Sementara kredit investasi masih stabil di level yang tinggi yaitu 27,4 persen. "Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional," tambahnya.

Sementara kontribusi kredit konsumsi mengalami kenaikan 20 persen. Pertumbuhan kredit yang tidak begitu kencang dibanding kredit modal kerja dan kredit investasi ini disebabkan karena bank sentral mulai memberlakukan aturan uang muka kredit sebesar 30 persen pada kredit kendaraan bermotor dan properti. Sehingga sedikit berdampak pada penurunan kredit sektor ini.

Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution sempat menurunkan target pertumbuhan kredit perbankan nasional di sepanjang 2012 sebesar 21-22 persen. Hal ini masih dipengaruhi oleh ekspor Indonesia yang lambat. "Pertumbuhan kredit akhir tahun ini diperkirakan hanya 21-22 persen. Kalaupun turun juga sedikit," kata Gubernur BI Darmin Nasution di kantornya Jakarta, Rabu (19/12/2012).

Padahal bank sentral memprediksi pertumbuhan kredit perbankan dan sesuai rencana bisnis bank (RBB) masih bisa tumbuh 22-24 persen. Namun karena ekspor melambat, maka BI pun sedikit memprediksi pertumbuhan kreditnya.

Penurunan kredit itu, kata Darmin, disebabkan oleh kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi. Meski pertumbuhan ekonomi ditopang oleh daya konsumsi domestik yang kuat, namun kredit konsumsi malah melambat.

Hal itu juga berimbas ke kredit modal kerja (KMK) perusahaan karena ekspor Indonesia juga tersendat. Berdasarkan catatan bank sentral, pertumbuhan kredit hingga Oktober 2012 sudah naik 22,8 persen.

Namun pada akhir November 2012 lalu hanya naik 21 persen. Sehingga diperkirakan kredit hingga akhir tahun hanya akan naik 21-22 persen. Hal ini juga dipengaruhi dari revisi target pertumbuhan pemerintah di akhir tahun dari semula 6,5 persen menjadi hanya 6,3 persen. "Tapi perbankan tidak perlu merisaukan itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com