Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Migas Berlanjut

Kompas.com - 04/03/2013, 03:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Defisit neraca minyak dan gas bumi yang mencapai 1,425 miliar dollar AS yang terjadi pada Januari 2013 masih berpeluang berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Impor minyak dan gas bumi masih menjadi tekanan terbesar dalam neraca perdagangan.

Neraca perdagangan Indonesia defisit 171 juta dollar AS pada Januari lalu. Ekspor Januari tercatat 15,38 miliar dollar AS, sedangkan impor 15,55 miliar dollar AS. Sebagaimana disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin dalam keterangan pers, pekan lalu, di Jakarta, defisit terjadi karena tingginya impor minyak dan gas bumi (migas).

Impor nonmigas Januari 2013 sebesar 11,51 miliar dollar AS atau turun 3,11 persen dibandingkan Desember 2012. Sementara impor migas Januari 2013 sebesar 4,04 miliar dollar AS atau naik 9,04 persen dibandingkan Desember 2012. Defisit migas tercatat 1,425 miliar dollar AS.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di sela-sela kunjungannya di Magelang, Jawa Tengah, Minggu (3/3), menyatakan, kunci mengurangi tekanan impor migas bisa dilakukan antara lain melalui dua cara, yakni peningkatan produksi migas dan konversi energi.

Peningkatan produksi minyak, menurut Hatta, tak bisa banyak diharapkan tahun ini. Dari target produksi siap jual minyak sebanyak 900.000 barrel per hari, perkiraan realisasinya hanya 830.000 barrel per hari.

”Kalau untuk konversi, saya masih ragu kalau realisasinya terus terhambat seperti sekarang. Kalau konversi ke gas cepat, itu bisa mengurangi impor. Saat ini masih jauh dari harapan,” kata Hatta.

Sementara konsumsi elpiji, Hatta melanjutkan, telah mencapai di atas 5 juta ton per tahun untuk tabung ukuran 3 kilogram (kg), 12 kg, dan 50 kg. Padahal, produksi domestik hanya berkisar 2 juta ton per tahun. Dengan demikian, lebih dari separuh kebutuhan gas domestik masih diimpor.

”Artinya, peluang defisit migas menganga tahun 2013 semakin lebar. Kalau tidak kita imbangi dengan peningkatan ekspor nonmigas, neraca perdagangan kita akan terus tertekan. Jadi kita tak boleh lengah,” kata Hatta.

Transaksi membaik

Sementara itu, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juda Agung, di Jakarta, akhir pekan lalu, menegaskan, transaksi berjalan pada triwulan I-2013 diyakini akan lebih baik dibandingkan triwulan IV-2012. Pasalnya, kondisi ekspor Indonesia membaik, terutama ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan India.

”Dengan ekspor membaik, diiringi turunnya impor, transaksi berjalan akan membaik. Jauh lebih baik daripada transaksi berjalan berjalan triwulan IV-2012,” katanya.

Pada triwulan IV-2012, defisit transaksi berjalan mencapai 7,8 miliar dollar AS atau 3,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka defisit ini lebih besar dibandingkan triwulan III-2012 sebesar 5,3 miliar dollar AS atau 2,4 persen dari PDB.

Juda Agung memaparkan, optimisme membaiknya transaksi berjalan triwulan I-2013 itu akibat kondisi ekspor yang mulai membaik pada Januari 2013. Pertumbuhan ekspor ke China yang negatif pada Desember 2012 menjadi 10 persen pada Januari 2013.

Ekspor ke AS juga tumbuh menjadi dua angka pada Januari 2013. Adapun ekspor ke India tercatat tumbuh 16 persen per Januari 2013.

Ekonom Citi wilayah Asia Pasifik, Helmi Arman, mengungkapkan, data transaksi perdagangan yang membaik diperkirakan akan memperbaiki defisit transaksi berjalan. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya oleh Citi, defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2013 sekitar 6,1 miliar dollar AS.

Perihal nilai tukar, Citi memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam tiga bulanan sekitar Rp 9.750 per dollar AS. Adapun untuk 6-12 bulanan, nilai tukar rupiah sekitar Rp 9.800 per dollar AS.

”Sedikit membaik karena mengikuti langkah BI menjaga cadangan devisa dan menjaga kesediaan likuiditas di pasar valas,” kata Helmi. (LAS/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com