Namun, itu semua ada konsekuensinya. Ira harus berpisah dengan anaknya, Imam Nurwakhid (8), sejak enam tahun silam. Sejak menjadi TKI, Ira belum pernah pulang kampung. Ia memilih menahan kangen demi mengumpulkan modal.
Pekerja migran asal Indonesia yang
Semangat berwirausaha pekerja migran direspons Bank Mandiri. Sejak 2011, bank beraset Rp 635,5 triliun itu menggelar program Mandiri Sahabatku untuk memberi pelatihan kewirausahaan bagi pekerja migran Indonesia.
”Ini untuk membantu para pekerja migran agar mampu mandiri saat kembali ke Indonesia,” kata Zulkifli Zaini, Direktur Utama Bank Mandiri di Hongkong. Program yang digelar bersama Universitas Ciputra Entrepreneurship Center itu telah diikuti 2.918 pekerja migran di Hongkong dan Malaysia.
Daeri Calim (35), asal Indramayu, Jawa Barat, peserta pelatihan kewirausahaan, pun tergerak membuka usaha di Indramayu. Ia mulai merintis warung makan yang kini dikelola kedua orangtuanya. Tekad Daeri membulat untuk pulang kampung Agustus nanti setelah kontrak kerjanya berakhir. ”Saya mau kelola warung itu,” katanya.
Tekadnya berwirausaha kian teguh karena ingin mendampingi putrinya, Salsabila Dina (8), yang ditinggalkannya sejak usia dua tahun. Dengan berbagai tekanan pekerjaan, pekerja migran Indonesia tetap gigih di negeri asing. Mereka ingin membuka lembaran baru. Tak lagi jadi pekerja, tetapi majikan. (ERWIN EDHI PRASETYA)