Saat dihubungi melalui telepon, Perry Warjiyo menyampaikan terima kasih. ”Saya siap menjalankan tugas ini,” kata Perry.
Langkah utama yang akan ia lakukan merujuk pada enam agenda BI mendatang. Enam agenda itu sudah dipaparkan pada uji kepatutan dan kelayakan di depan Komisi XI DPR, Kamis siang.
Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis menyampaikan, Perry terpilih secara aklamasi atau suara bulat. Dalam rapat pleno, seluruh fraksi menyatakan pilihan kepada Perry Warjiyo.
Saat ditanya, apakah nama Hendar, pesaing Perry, sebagai calon Deputi Gubernur BI, sempat dimunculkan fraksi dalam rapat pleno pemilihan Deputi Gubernur BI, Harry menyatakan, ”Semua memilih Perry.”
Harry menolak menjelaskan apa alasan Partai Golkar memilih Perry. Namun, alasan pribadinya memilih Perry adalah karena dinilai cukup kompeten dalam pengendalian inflasi. ”Apalagi, fokus BI setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan, adalah ke pengendalian moneter,” katanya.
Namun, Harry menekankan Perry untuk menjalankan mandat ini dengan baik. ”Orang yang dipilih secara aklamasi akan memperjuangkan aspirasi Komisi XI,” ujar Harry.
Sebelumnya, Perry sudah tiga kali gagal bersaing memperebutkan kursi Deputi Gubernur BI. Pada 2009, ia bersaing dengan Hartadi, sedangkan tahun 2010 bersaing dengan Halim Alamsyah dan Krisna Wijaya. Terakhir pada 2011, ia bersaing dengan Ronald Waas. Namun, Perry kalah dalam pemilihan suara atau voting.
Meski demikian, Komisi XI DPR memberikan catatan yang harus diperhatikan Deputi Gubernur BI dalam menjalankan tugas. Di antaranya kebijakan makroprudensial yang dijalankan oleh BI harus berpihak kepada kepentingan petani, nelayan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sektor riil, dan kepentingan ekonomi nasional.
Hal lain yang diminta Komisi XI untuk diperhatikan adalah dalam pengelolaan arus modal asing, BI harus memiliki rumusan yang mengutamakan kepentingan nasional.
Secara terpisah, anggota Komisi XI DPR, Arif Budimanta, menyatakan, pengalaman dan keahlian Perry diperlukan dalam situasi saat ini.
”Sebenarnya, kami berharap agar Pak Hendar bisa dicalonkan lagi sebagai Deputi Gubernur BI. Pengalaman operasionalnya dalam pengendalian nilai tukar sangat panjang,” ujar Arif.
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono yang dimintai tanggapan soal Deputi Gubernur BI yang baru menyatakan, tugas BI mengawal sektor moneter dan sistem pembayaran. Apalagi, tekanan inflasi tahun ini diperkirakan semakin menguat, yang bergerak menuju 6 persen.
Kondisi ini memerlukan suku bunga acuan atau BI Rate yang tepat. Saat ini, BI Rate sebesar 5,75 persen. ”Nanti pelan-pelan akan naik ke 6 persen dan 6,25 persen. Kenaikan ini harus dilakukan pada saat yang tepat,” ujar Tony.
Perihal cadangan devisa, Tony menyoroti jumlahnya yang berkurang menjadi sekitar 105 miliar dollar AS. Hal ini perlu ditangani, terutama untuk merealisasikan keharusan eksportir untuk memarkir devisa di Tanah Air.