Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Televisi Digital Cocok untuk Kepulauan

Kompas.com - 19/03/2013, 03:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Televisi dengan sistem transmisi gelombang digital akan memungkinkan masyarakat di daerah terpencil menyaksikan siaran televisi dengan kualitas gambar yang baik dan jelas. Selama ini, masyarakat di wilayah terpencil kerap terisolasi dari informasi penting, tayangan pendidikan, dan hiburan. Alhasil, kemajuan di daerah terpencil pun berjalan lamban.

”Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, sistem televisi digital sangat cocok karena masyarakat di wilayah terpencil bisa mendapatkan kualitas siaran yang bagus. Televisi analog saat ini tidak memungkinkan kualitas siaran seperti itu,” kata Paulus Widiyanto, anggota staf ahli Revisi Undang-Undang Penyiaran, ketika peluncuran buku Digitalisasi Televisi Indonesia di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Senin (18/3).

Menurut Widiyanto, gelombang elektromagnetik digital berkecepatan tinggi dan lebih solid sehingga gambar serta suara yang dikirimkan tidak terhalang jarak.

Dengan televisi digital, masyarakat kepulauan, yang mayoritas mata pencariannya nelayan, tidak akan terganggu saat menyaksikan siaran televisi di tengah laut.

”Ombak dan laju kapal tidak berpengaruh terhadap gambar dan suara yang diterima televisi digital,” katanya lagi.

Kualitas tidak optimal

Darien Kartikawangi, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, mengatakan, televisi analog yang beroperasi saat ini menghabiskan frekuensi, boros listrik, serta kualitas gambar dan suara tidak optimal.

”Satu frekuensi pada televisi digital bisa untuk 12 saluran televisi. Perusahaan penyiaran dan muatan siaran bisa menjadi lebih beragam,” kata Darien.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mencanangkan implementasi penggunaan televisi digital tahun 2015. Untuk itu, Paulus Widiyanto melihat pelaksanaannya perlu dimulai dari Televisi Republik Indonesia (TVRI). Ia mengakui realisasi televisi digital membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

”Pemerintah berkewajiban menyiapkan TVRI untuk televisi digital. Ini kan idenya dari negara, karena itu pemerintah perlu menyiapkan segala infrastruktur untuk perpindahan dari televisi analog ke televisi digital,” ujarnya.

Asisten Ahli Komisi Penyiaran Indonesia Agatha Lily mengatakan, televisi digital memiliki banyak sisi positif. ”Di tengah arus digital dunia, sangat mustahil menolak digitalisasi televisi,” kata Lily.

Meski demikian, pemerintah tidak boleh buru-buru dan harus segera menyiapkan aturan hukumnya. ”Aturan hukum ini diperlukan karena pengelolaan televisi digital berbeda dengan mengelola televisi analog. Perlu juga diperhatikan kemampuan keuangan daerah-daerah,” katanya. (K03)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com