Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memaknai Krisis Bawang Putih

Kompas.com - 26/03/2013, 02:22 WIB

Jaminan paling mendesak menyangkut jaminan harga dasar minimal sebesar biaya produksi, ditambah margin keuntungan tertentu sedikit di atas suku bunga perbankan komersial. Langkah yang sudah diterapkan untuk petani tebu tersebut rupanya menopang terpeliharanya hubungan emosional lebih baik berbentuk kemitraan.

Petani juga perlu mendapat panduan pemilihan varietas unggul terkini, akses pemasaran, dan perkiraan informasi harga saat panen. Hanya melalui cara itulah kebebasan petani dalam menjatuhkan opsi komoditas yang menjadi komitmen negara untuk swasembada dapat lebih terjamin operasional di lapangan.

Tantangan sistem, rekayasa, dan manajemen produksi agrobisnis berkelanjutan, apabila tidak ditangani secara profesional dan kontekstual, tentu berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap masa depan pertanian. Bukankah hingga kini kita juga belum melihat beleid kawasan tata ruang budidaya dapat dilaksanakan secara taat asas sesuai potensi agro-ekosistemnya?

Semua orang paham, tata ruang merupakan prasyarat mewujudkan pertanian berdaya saing kuat, yang dicirikan dengan efisiensi tinggi dan harga pokok produksi (unit cost) rendah. Ketidakjelasan arah politik pertanian selama ini telah membawa korban dengan kerugian fatal, seperti tidak segera terwujudnya swasembada komoditas pangan strategis sehingga terus mendorong dibukanya keran impor meski sudah ada peta jalan (roadmap) sebagai acuan.

Tantangan yang fakta indikatif tersebut jelas memerlukan solusi komprehensif pada tataran teknis, yang memungkinkan petani mampu mereduksi dampak yang ditimbulkan secara cerdas dan tanpa pengorbanan berarti. Prahara bawang putih hanyalah sebagian kecil persoalan manajemen komoditas yang memerlukan penanganan lintas sektoral. Tentu saja diikuti kebijakan efektif bernuansa penguatan peran petani, komitmen mereduksi impor secara proporsional, dan membangun daya saing melalui penguatan riset aplikatif.

Akhirnya, persoalan ini akan bergantung pada cara bangsa ini dalam memaknai krisis demi krisis komoditas agrobisnis primer tersebut. Juga bagaimana mendesain ulang cara mitigasinya dengan ekspektasi tidak akan terjadi di masa-masa mendatang.

Adig Suwandi Praktisi Agrobisnis, Alumnus FP Universitas Brawijaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com