Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepatu Bergaransi dari Medan

Kompas.com - 13/04/2013, 03:44 WIB

Tak dinyana, uang pembelian bahan dilarikan karyawan. Setelah itu uang tagihan pelanggan pun dilarikan karyawan. Ia sempat terkena sakit lever karena kecapekan bekerja, kuliah, dan mengurus usaha di rumah.

”Ada ungkapan Melayu yang mengatakan, tuah kedai jangan ditinggalkan, kedai akan bertuah jika kita yang tangani, jangan dilepaskan ke orang, pasti tak akan maju,” kata Azri. Berbekal semangat itu, setelah kuliahnya selesai, ia berhenti bekerja tahun 1988.

Ia mendapat pesangon Rp 1,6 juta. Dipotong berbagai hal, tinggal Rp 1,4 juta. Uang itu ia gunakan untuk modal usaha. ”Usia saya 26 tahun. Saya baru berkeluarga saat itu,” ujar Azri.

Azri mulai belajar kepada seorang pengusaha sepatu yang ia anggap sukses. Ia juga mulai menghidupkan Kopinkra yang berdiri sejak tahun 1979 tetapi vakum sejak 1983 hingga 1986.

Bersama temannya, pengusaha sepatu, ia menyewa toko di Jalan Sutomo Rp 10,5 juta per tahun. Awalnya, Azri yang menjalankan toko itu, pendanaan dan barang dari sang pengusaha. Namun, belakangan ternyata Azri harus menanggung separuh biaya sewa toko. Pasokan barang pun tersendat. Kawannya yang jadi partner berubah jadi rival.

Untuk menghidupkan usaha, ia mengagunkan rumah orangtuanya 8 meter x 12 meter ke bank. Meskipun mendapat suntikan dana dari bank, ia masih terseok-seok menjalankan usaha.

Atas saran kawan, ia pun mengikuti kegiatan Achievement Motivation Training dan Entrepreneur Managerial Development yang diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut tahun 1990 selama 2 minggu. ”Saya tercerahkan ikut acara ini. Saya jadi tahu siapa diri saya. Selama ini saya malu minta bantuan, ternyata kita memang harus saling membantu,” tutur Azri. Kepada karyawan dan anak pun, ia akhirnya bisa mengatakan minta bantuan.

Pemuda pelopor

Usaha menghidupkan Kopinkra yang mati suri juga sukses sehingga tahun 1992 ia mendapat penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Nasional Bidang Koperasi dari Presiden Soeharto. Tahun 1993, ia mendapat kesempatan mengikuti Friendship Program antara Kementerian Pemuda dan Olahraga serta JICA sehingga ia bisa belajar bisnis di Jepang sebulan. Ia juga pernah ikut pameran perdagangan ke Los Angeles, AS.

Nama Kotama juga lahir dari para perajin untuk merek sepatu. ”Sepuluh kali ganti nama, lalu muncul Kotama, kependekan dari Koperasi Tatanan Mahasiswa,” kata Azri. Logonya toga yang berarti mahasiswa dan berkualitas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com