Badung, Kompas -
Ombak tinggi dan tidak surutnya air laut sekitar bandara menjadi kendala mengambil CVR dan memindahkan badan pesawat. Sejumlah alternatif gagal diupayakan, seperti menarik badan pesawat dengan tugboat (kapal tunda) dan memotong badan pesawat. Badan pesawat yang jatuh hari Sabtu lalu itu terendam sekitar 30 sentimeter. Namun, badan pesawat itu bisa tenggelam jika proses penarikan tidak stabil dan harus dijaga tetap mengambang.
Petugas mengupayakan pengambilan CVR pada bagian dekat ekor pesawat. Pengangkatan ekor pesawat memakai ratusan drum dan membutuhkan sekitar 300 meter tali untuk membuat stabil dari goyangan gelombang air laut. Drum itu diikatkan di jendela dan pintu pesawat.
”Minggu malam ini petugas terus mengupayakan mengeluarkan bagasi penumpang. Senin pagi direncanakan penarikan pesawat ke kawasan bandara di Pantai Kelan,” kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai Purwanto.
Menurut Purwanto, Senin ini badan pesawat diapungkan dan menunggu air laut pasang. Badan dan ekor pesawat yang terpisah bergeser terus karena gelombang laut. Pukul 23.00 Wita, petugas mengirim kapal tunda dari Pelabuhan Benoa. Pengiriman kapal khusus penarik memerlukan waktu delapan jam menuju lokasi jatuhnya badan pesawat.
Senin ini badan pesawat akan ditarik dahulu ke Pantai Kelan. Setelah berhasil, kapal tunda akan menarik atau menderek belahan lainnya (ekor pesawat).
Di Jakarta, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bambang S Ervan pun menyebutkan, Senin ini badan pesawat Lion Air diangkat ke daratan. Ini untuk memudahkan pencarian dan pengambilan CVR.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti dan Kepala Sub-Komunikasi Penelitian Kecelakaan Transportasi Masruri menuturkan, penyebab kecelakaan Lion Air itu belum bisa dipastikan. ”Kami masih mengumpulkan keterangan dan menunggu CVR bisa diambil. Satu kotak flight data recorder (perekam data penerbangan/FDR) sudah diangkat,” kata Masruri. Jika lengkap terangkat, kotak FDR dan CVR itu akan dibawa ke Jakarta untuk diperiksa.
Ketua Komisi V DPR Laurens Bahang Dama dan anggota Komisi V DPR lainnya, Minggu, meninjau lokasi jatuhnya pesawat Lion Air. Menurut Laurens, Komisi V meminta Kemenhub mengevaluasi semua maskapai penerbangan terkait keselamatan penerbangan. Keselamatan adalah hal utama dan harus diperhatikan serius.
Pilot Lion Air Captain Mahlup Ghozali dan Kopilot Chirag Calra sudah menjalani tes narkoba dan minuman keras melalui urine dan darah sejak Sabtu malam seusai kecelakaan. Hasil pemeriksaan dari Badan Narkotika Nasional Bali dan Laboratorium Forensik Polda Bali menunjukkan hasilnya negatif. Namun, izin penerbangan keduanya dicabut sementara oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Bambang S Ervan menambahkan, pilot dan kopilot pesawat naas itu akan menjalani serangkaian tes yang diadakan Lion Air.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait di Jakarta menilai, dalam kecelakaan itu, awak Lion Air telah berusaha maksimal sehingga tidak ada korban jiwa.(AYS/COK/RYO/K10)