BANDUNG, KOMPAS.com — PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggenjot pembelian tiket melalui sistem pemesanan online. Manajer Komunikasi dan Pemasaran PT KAI Agus Dwinanto Budiaji mengatakan, hingga triwulan I 2013, tingkat reservasi online masih belum tinggi, yaitu sekitar 36 persen.
"Sisanya, masyarakat masih memesan dan membeli tiket secara langsung di stasiun," kata Agus, di Aula PT KAI Daerah Operasional (Daop) II Bandung, Senin (22/4/2013).
Upaya meningkatkan pembelian dan pemesanan melalui sistem online tersebut untuk menekan dan mengeliminasi praktik percaloan, sekaligus meningkatkan pelayanan. Untuk itu, PT KAI memproyeksikan pembelian tiket melalui pemesanan sistem online, yang kini tersambung dengan perbankan, mencapai 70 persen.
Saat ini, dari persentase pemesanan online, yang dapat melalui minimarket, smartphone, kantor pos, dan PT Pegadaian itu, penumpang eksekutif masih dominan, yaitu 38 persen. Selanjutnya diikuti penumpang kelas bisnis sebesar 30 persen dan ekonomi 25 persen.
Agus menegaskan, pelayanan menggunakan sistem online itu menunjukkan bahwa PT KAI siap bersaing dengan transportasi udara, apalagi saat ini sejumlah maskapai membuka rute penerbangan yang hampir sama dengan jalur KA.
Di wilayah Daop II Bandung, kata Agus, sistem online kini terhubung dengan 18 stasiun. Pihaknya pun mengoperasikan 235 channel pembelian tiket eksternal serta ribuan outlet di wilayah Sumatera-Bali.
Sementara terkait volume penumpang, jelas Agus, rata-rata terjadi pertumbuhan 5 persen per tahun. Selama Januari-Maret tahun ini, PT KAI telah mengangkut 4,9 juta orang.
Manajer Humas PT KAI Daop II Bandung Bambang Setiyo Prayitno menambahkan, pada Maret lalu, terdapat 868 tiket penumpang yang dalam proses pengembalian uang. Sebanyak 235 tiket di antaranya dikembalikan. Meski begitu, masih terdapat sekitar 64 tiket yang belum terdata.
"Tidak tertutup kemungkinan, tiket-tiket itu diperjualbelikan calo. Indikasinya, tidak adanya nomor telepon pembeli. Sampai kini, kami belum bisa menentukan nilainya. Perkiraannya, tiket yang belum terkonfirmasi nilainya Rp 11 juta," kata Bambang. (win)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.